30.7 C
Tarakan
Friday, March 24, 2023

Siapa yang Berupaya Menjegal H. Udin di Pilgub Kaltara?

WARTAWAN senior Kalimantan Utara (Kaltara), H. Rachmat Rolau membeberkan cerita di balik Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Kaltara 2020 lalu.

Hal itu ia tulis dalam rubrik politik Radar Tarakan edisi Sabtu 11 Februari 2023 lalu.

H. Udin Hianggio yang saat itu maju sebagai calon gubernur didampingi H. Undunsyah sebagai calon wakil gubernur bertutur sempat dihadapkan dengan adanya upaya menggagalkan pencalonannya.

Mantan wakil gubernur Kaltara 2015-2020 itu menerima informasi dari Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Oesman Sapta Odang atau akrab disapa OSO.

Berikut isi tulisan H. Rachmat Rolau.

Sabtu pekan lalu (4/2), saya bincang santai dengan seorang tokoh panutan. Namanya, H. Udin Hianggio.

Ia mantan wakil gubernur Kaltara. Di tengah obrolan saya di kafe Radar Tarakan itu, muncul Direktur Radar Tarakan, Arnoldus Payong Lewotobi.

Obrolan kami tak serius. Sekadar bincang-bincang lepas.

Tapi karena saya dengar H. Udin mau maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, maka saya pun konfirmasi terkait rencananya itu.

Rachmat Rolau (RR): “Saya dengar Pak Haji mau maju sebagai calon anggota DPD RI. Benarkah?”
H. Udin (HU): “Tadinya begitu. Mau calon anggota DPD RI. Tapi ternyata tidak jadi.”
RR: “Mengapa?”

HU: “Begini, ketika saya bertemu dengan Pak Oesman Sapta Oddang, orang-orang terdekat memanggilnya Pak OSO, saya ditawari sebagai calon anggota DPR RI.”

RR: “Lantas, respons Pak Udin bagaimana?”

Baca Juga :  Asas Kepatutan

HU: “Ya, saya terima, meskipun sebetulnya peluang untuk lolos sangat kecil. Masalahnya, di DPR RI itu banyak saingan. Mungkin untuk Kaltara, jatahnya hanya 3 kursi yang nantinya akan diperebutkan oleh belasan partai. Jadi peluang untuk lolos kecil sekali.”

RR: “Loh, kenapa Pak Haji tidak pilih calon DPD RI saja?”

HU: “Di DPD RI peluang untuk lolos memang lebih besar. Apalagi untuk menjadi calon tidak perlu ada partai. Selain itu, calon yang akan maju pun lebih sedikit dibanding di DPR RI.”

RR: “Lalu mengapa harus pilih calon anggota DPR RI yang jauh lebih riskan dibanding DPD RI?”

HU: “Begini. Saya menghormati Pak OSO. Ketika saya masuk sebagai calon gubernur tahun lalu, beliau mendukung saya secara moril (sokongan batin).

Waktu itu ada pihak yang datang berupaya menemui Pak OSO agar menyuruh saya mundur jadi calon gubernur.

Tapi Pak OSO tidak bersedia ditemui. Beliau malah mendorong saya untuk terus maju sebagai calon gubernur Kaltara yang ketika itu saya berpasangan dengan Pak Undunsyah (bupati Tana Tidung 2010-2020.

Jadi majunya saya sebagai calon anggota DPR RI bukan kerena besar-kecilnya peluang, tetapi lebih kepada menghargai Pak OSO.

”Bahkan menurut Udin, andai pun lolos, belum tentu bisa lolos secara nasional. Artinya, jika partai yang menjadi kuda ‘tunggangannya’ tidak mampu meraih target perolehan suara secara nasional, maka dirinya pun tidak akan bisa duduk di Senayan. Ini risiko. Tapi demi menghargai Pak OSO, apa pun konsekuensinya saya hadapi.”

Baca Juga :  Malundung Steril, Pengantar di Luar

RR: “Lantas adakah persiapan khusus untuk maju sebagai calon anggota DPR RI?”

HU: “Oh, tidak. Tidak ada itu. Pokoknya, saya maju saja. Kalau rakyat menghendaki terima kasih. Sebab itu tadi. Saya hanya tidak ingin mencewakan Pak OSO. Jadi apa pun hasilnya saya terima. Saya tahu jadi calon anggota DPR RI itu berat.”

H. Udin sesungguhnya mengaku lebih happy dengan keadaannya yang sekarang. Bisa ke warung kopi ngobrol bersama sahabat dan teman-teman.

Itu lebih nikmat. Di akhir perbincangan kami, H. Udin mengaku sudah puas atas apa yang telah diraihnya selama ini.

Untuk diketahui, sebelum terjun ke dunia politik, H. Udin pernah menduduki berbagai jabatan penting.

Tahun 1990-an, menjabat sebagai kepala operasi PT Pelni Balikpapan.

Ia adalah orang kedua setelah kepala Pelni. Beberapa tahun kemudian, pindah ke Tarakan dengan jabatan kepala Pelni Cabang Tarakan.

Menjelang akhir jabatannya sebagai orang nomor satu di Pelni Tarakan, H. Udin mulai menjajal ingar-bingar politik lewat partai Golkar.

Sempat menjadi ketua DPD Golkar. Tak begitu lama, dipercaya sebagai ketua DPRD Tarakan dua periode di era wali kota dr. H. Jusuf SK. Usai jabatan itu, kembali dipercaya oleh masyarakat Tarakan sebagai wali kota Tarakan satu periode hingga jabatan wakil gubernur era gubernur Kaltara, Dr. H. Irianto Lambrie tahun 2019. (***/lim)

WARTAWAN senior Kalimantan Utara (Kaltara), H. Rachmat Rolau membeberkan cerita di balik Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Kaltara 2020 lalu.

Hal itu ia tulis dalam rubrik politik Radar Tarakan edisi Sabtu 11 Februari 2023 lalu.

H. Udin Hianggio yang saat itu maju sebagai calon gubernur didampingi H. Undunsyah sebagai calon wakil gubernur bertutur sempat dihadapkan dengan adanya upaya menggagalkan pencalonannya.

Mantan wakil gubernur Kaltara 2015-2020 itu menerima informasi dari Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Oesman Sapta Odang atau akrab disapa OSO.

Berikut isi tulisan H. Rachmat Rolau.

Sabtu pekan lalu (4/2), saya bincang santai dengan seorang tokoh panutan. Namanya, H. Udin Hianggio.

Ia mantan wakil gubernur Kaltara. Di tengah obrolan saya di kafe Radar Tarakan itu, muncul Direktur Radar Tarakan, Arnoldus Payong Lewotobi.

Obrolan kami tak serius. Sekadar bincang-bincang lepas.

Tapi karena saya dengar H. Udin mau maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, maka saya pun konfirmasi terkait rencananya itu.

Rachmat Rolau (RR): “Saya dengar Pak Haji mau maju sebagai calon anggota DPD RI. Benarkah?”
H. Udin (HU): “Tadinya begitu. Mau calon anggota DPD RI. Tapi ternyata tidak jadi.”
RR: “Mengapa?”

HU: “Begini, ketika saya bertemu dengan Pak Oesman Sapta Oddang, orang-orang terdekat memanggilnya Pak OSO, saya ditawari sebagai calon anggota DPR RI.”

RR: “Lantas, respons Pak Udin bagaimana?”

Baca Juga :  Asas Kepatutan

HU: “Ya, saya terima, meskipun sebetulnya peluang untuk lolos sangat kecil. Masalahnya, di DPR RI itu banyak saingan. Mungkin untuk Kaltara, jatahnya hanya 3 kursi yang nantinya akan diperebutkan oleh belasan partai. Jadi peluang untuk lolos kecil sekali.”

RR: “Loh, kenapa Pak Haji tidak pilih calon DPD RI saja?”

HU: “Di DPD RI peluang untuk lolos memang lebih besar. Apalagi untuk menjadi calon tidak perlu ada partai. Selain itu, calon yang akan maju pun lebih sedikit dibanding di DPR RI.”

RR: “Lalu mengapa harus pilih calon anggota DPR RI yang jauh lebih riskan dibanding DPD RI?”

HU: “Begini. Saya menghormati Pak OSO. Ketika saya masuk sebagai calon gubernur tahun lalu, beliau mendukung saya secara moril (sokongan batin).

Waktu itu ada pihak yang datang berupaya menemui Pak OSO agar menyuruh saya mundur jadi calon gubernur.

Tapi Pak OSO tidak bersedia ditemui. Beliau malah mendorong saya untuk terus maju sebagai calon gubernur Kaltara yang ketika itu saya berpasangan dengan Pak Undunsyah (bupati Tana Tidung 2010-2020.

Jadi majunya saya sebagai calon anggota DPR RI bukan kerena besar-kecilnya peluang, tetapi lebih kepada menghargai Pak OSO.

”Bahkan menurut Udin, andai pun lolos, belum tentu bisa lolos secara nasional. Artinya, jika partai yang menjadi kuda ‘tunggangannya’ tidak mampu meraih target perolehan suara secara nasional, maka dirinya pun tidak akan bisa duduk di Senayan. Ini risiko. Tapi demi menghargai Pak OSO, apa pun konsekuensinya saya hadapi.”

Baca Juga :  Marhaban Ya Ramadan

RR: “Lantas adakah persiapan khusus untuk maju sebagai calon anggota DPR RI?”

HU: “Oh, tidak. Tidak ada itu. Pokoknya, saya maju saja. Kalau rakyat menghendaki terima kasih. Sebab itu tadi. Saya hanya tidak ingin mencewakan Pak OSO. Jadi apa pun hasilnya saya terima. Saya tahu jadi calon anggota DPR RI itu berat.”

H. Udin sesungguhnya mengaku lebih happy dengan keadaannya yang sekarang. Bisa ke warung kopi ngobrol bersama sahabat dan teman-teman.

Itu lebih nikmat. Di akhir perbincangan kami, H. Udin mengaku sudah puas atas apa yang telah diraihnya selama ini.

Untuk diketahui, sebelum terjun ke dunia politik, H. Udin pernah menduduki berbagai jabatan penting.

Tahun 1990-an, menjabat sebagai kepala operasi PT Pelni Balikpapan.

Ia adalah orang kedua setelah kepala Pelni. Beberapa tahun kemudian, pindah ke Tarakan dengan jabatan kepala Pelni Cabang Tarakan.

Menjelang akhir jabatannya sebagai orang nomor satu di Pelni Tarakan, H. Udin mulai menjajal ingar-bingar politik lewat partai Golkar.

Sempat menjadi ketua DPD Golkar. Tak begitu lama, dipercaya sebagai ketua DPRD Tarakan dua periode di era wali kota dr. H. Jusuf SK. Usai jabatan itu, kembali dipercaya oleh masyarakat Tarakan sebagai wali kota Tarakan satu periode hingga jabatan wakil gubernur era gubernur Kaltara, Dr. H. Irianto Lambrie tahun 2019. (***/lim)

Most Read

Artikel Terbaru