30.7 C
Tarakan
Friday, March 24, 2023

Dua Warga Diisolasi di RSUD, Tiga WNI Positif di Sabah

RUMAH Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan mengonfirmasi adanya dua warga yang sedang diisolasi saat ini. Keduanya baru menyelesaikan perjalanan dari Manado dan Jakarta. Untuk pasien yang baru datang dari Manado telah dirawat sejak Senin (16/3). Sementara satu pasien lain yang baru datang dari Jakarta telah diisolasi sejak kemarin (17/3).

Direktur Utama RSUD Tarakan dr. Muhammad Hasbi Hasyim, Sp.PD, mengatakan, keduanya belum dipastikan positif corona atau Covid-19. Saat ini baru akan dilakukan pemeriksaan spesimen di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).

Awal diterima, sang pasien dirujuk dari pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Hasbi enggan merinci nama puskesmasnya. Sebelum masuk ke puskesmas, dua pasien tersebut ditangani lebih dulu oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Tarakan.

“Gejalanya, pilek, batuk, demam. Ini (isolasi) dilakukan sebagai langkah antisipasi, jadi kami tetap berlakukan kewaspadaan itu. Termasuk petugas harus dilindungi. Saya sudah komunikasi, dilakukan rontgen (potret dengan sinar X), untuk saat ini hasil rontgen dua-duanya belum ada yang mendukung atau mengarah ke Covid-19. Tapi saya tetap minta dikirim sampelnya, spesimen ke Balitbangkes,” jelas dr. Muhammad Hasbi Hasyim, Sp.PD, Selasa (17/3).

Apabila pemeriksaan spesimen menunjukkan hasil positif Covid-19, maka kewaspadaan ditingkatkan. “Dua-duanya saya belum tahu pasti apakah warga Tarakan,” jelasnya.

Satu dari dua pasien ini, kata dia, masih berusia muda. Hasbi pun meminta masyarakat tetap bijak menyikapi setiap informasi yang beredar. Misalnya pada pasien yang belum tentu positif Covid-19, agar tak disebarkan secara luas data dirinya.

“Sebetulnya kami serba salah, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) juga mengeluarkan edaran, sebaiknya pasien yang dirawat dibuka alamatnya. Agar orang di sekitar juga bisa waspada. Hanya yang menjadi masalah, orang kadang-kadang melihatnya ini sebagai aib. Masalahnya di situ. Di satu sisi kalau itu dibuka (informasi detail), bisa diputus rantainya. Tetapi, kan orang beda-beda cara menyikapi, itu yang dikhawatirkan jika kemudian hari,” jelasnya lagi.

RSUD Tarakan diyakini mampu menangani jika kelak ada pasien corona atau Covid-19. “Tadi dalam pertemuan dengan Pak Gubernur (Dr. H. Irianto Lambrie), juga akan ditetapkan RSUD Nunukan sebagai rujukan. Alat-alat saat ini kan standar. Selama ini kan banyak penyakit yang kami tangani selain corona. Cuma yang masalah APD-nya (hazmat atau pakaian dekontaminasi) yang terbatas. Kan enggak ada obat spesifik, atau vaksin corona sejauh ini. Yang dilakukan pemerintah, sampai ada yang sembuh itu dengan dijaga, dirawat. Seperti dijaga cairan tubuhnya. Gejalanya kita yang ditangani,” tambahnya.

Menurutnya, pasien dalam pengawasan (PDP) atau positif corona yang meninggal karena adanya penyakit penyerta, atau daya tahan tubuhnya lemah.

“Rerata kan orang tua. Kasus pertama dan kedua, ketiga sudah sembuh. Daya tahan tubuh itu juga menentukan. Penyakit ini bisa pulih sendiri. Seperti hepatitis A misalnya, penularannya dari makanan. Kalau terjangkit selama tubuhnya bagus, makanannya cukup, cairannya cukup, maka bisa pulih sendiri.

Ini yang masalahnya penyebarannya lebih mudah. Kebersihan itu perlu,” jelasnya jauh. Sementara, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kaltara Agust Suwandy mengaku bahwa ada pasien yang secara mandiri datang ke RS untuk meminta diperiksa kesehatannya.

“Tapi ini masih diobservasi dulu apakah memang ada tanda-tanda ke arah sana. Artinya kami belum bisa mengatakan apakah ini suspect atau tidak,” jelasnya.

Pastinya, pihaknya belum dapat menarik kesimpulan apa pun. Tapi, benar ada yang datang untuk meminta diperiksa secara mandiri. Kemungkinan ada kekhawatiran setelah perjalanan dari daerah yang terjangkit virus ini.

“Ini masih ada tahapannya. Mulai dari observasi. Jadi untuk penetapan suspect itu, jika nanti ada tanda-tanda dan diambil sampel untuk dikirim ke Jakarta dan ditunggu lagi. Setelah itu baru bisa dinyatakan suspect atau tidak,” tegasnya.

Artinya, untuk proses ini masih panjang. Dalam hal observasi, itu dilakukan pemeriksaan klinis dulu untuk melihat tanda-tanda, apakah bronkitis atau pneumonia.

“Di sini akan kelihatan. Biasanya yang mengarah pada tanda-tanda Covid-19 ini kan pneumonia. Tapi itu tentu harus dilihat lagi tingkatannya,” kata Agust.

 

WNI POSITIF BERTAMBAH

Seorang warga negara Indonesia (WNI) berada di Lahad Datu, Sabah, Malaysia dinyatakan positif menderita Covid-19. Dengan begitu, jumlah penderita Covid-19 di Tawau, Malaysia bertambah menjadi 9 dari yang sebelumnya 8 orang.

Sementara di Kota Kinabalu, ibu kota Negara Bagian Sabah, juga ada 2 WNI yang terdeteksi terjangkit Covid-19. Di Sabah, setidaknya sudah ada 82 orang yang positif mengidap virus mematikan tersebut. Jadi, ada 3 WNI positif di daerah setingkat provinsi itu.

Kebenaran itu dipastikan Kepala Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau Sulistijo Djati Ismojo kepada media ini, kemarin (17/3). Setelah mendengar informasi tersebut, dirinya langsung menemui pihak rumah sakit untuk menanyakan kondisi pasien positif Covid-19 yang berada di Lahan Datu tersebut.

Baca Juga :  Resep Bakpao Kacang Hijau

“Alhamdulillah, yang bersangkutan dalam keadaan stabil,” ujarnya melalui pesan elektronik, kemarin (17/3).

Dilanjutkan Djati, WNI tersebut menetap di Sabah. WNI itu seorang pria yang berusia 30 tahun dan menikah dengan warga negara (WN) Malaysia. Dirinya memang tinggal di Lahad Datu. Dirinya diduga terkena virus setelah mengikuti kegiatan jemaah tablig di Masjid Jami Sri Petaling, Selangor awal Maret lalu.

“Sejauh ini, kami sedang menelusuri keluarga dan para jemaah yang ikut kegiatan tablig,” tambah Djati.

Mengenai lockdown atau penguncian wilayah yang dilakukan pemerintah Malaysia, Djati pun membenarkan hal tersebut. Pemerintah Malaysia akhirnya menutup semua akses keluar masuknya manusia dari Malaysia tentu atas dampak dari penyebaran Covid-19.

“Ya, mulai besok (hari ini, Red) sampai tanggal 31 Maret mendatang,” beber Djati.

Diberlakukannya lockdown oleh pemerintah Malaysia juga dibenarkan pihak Imigrasi Kelas II Nunukan. Melalui Kepala Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Imigrasi Kelas II Nunukan, Karel mengatakan, lockdown memang akan dilakukan Malaysia sejak Rabu (18/3) hari ini. Namun aktivitas penyeberangan kapal dari Nunukan-Tawau, tetap akan beroperasi seperti biasanya.

Lockdown hanya berlaku kepada penumpang berstatus wisatawan, baik dari Nunukan ke Malaysia sebaliknya. “Kalau orang Malaysia dari Nunukan mau ke Tawau, itu tidak apa-apa, sebaliknya dari Tawau, kalau ada orang Indonesia, mau ke Nunukan, itu tidak apa-apa. Kecuali orang Malaysia, tidak boleh keluar mereka dari sana (Malaysia, Red),” ungkap Karel.

Selasa (17/3), aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Internasional Tunon Taka Nunukan terpantau lancar. Setidaknya ada 4 armada yang beroperasi dengan ratusan penumpang datang dari Malaysia.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Nunukan, Hasan Basri mengatakan, dari hasil rapat seluruh bupati se-Kaltara bersama Gubernur Kaltara Dr. H. Irianto Lambrie seluruh instruksi mengenai pembentukan Gugus Tugas Covid-19 Kaltara, posko induk Covid-19, hingga persediaan sembako sudah dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan.

Hasan menjelaskan Bupati Nunukan Hj. Asmin Laura Hafid saat rapat menjelaskan keadaan strategis kepulauan Nunukan dengan banyaknya jalur tradisional mendorong keputusan Pemkab Nunukan mengusulkan lockdown jalur-jalur tersebut.

Namun, hal itu tidak bisa dilakukan mengingat pemberlakuannya harus oleh pemerintah pusat sebagaimana dikatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Bupati sudah menjelaskan kondisi kita, tapi wewenang lockdown itu wewenang pusat, sekalipun Provinsi (Pemprov)  tidak berwenang ambil keputusan,” kata Hasan menjelaskan.

 

CORONA DARI NUNUKAN HOAKS

Manajemen Rumah Sakit Pertamina Tarakan merespons kabar yang beredar di masyarakat yang menyebutkan adanya pasien positif Covid-19 dari Nunukan yang dirawat pihaknya. Kabar itu merupakan kabar bohong atau hoaks.

Direktur Rumah Sakit Pertamina drg. Ary Setyo Nugroho menyatakan sejauh ini pihaknya hanya melakukan perawatan beberapa pasien seperti kandungan, anak dan juga penyakit lain seperti ISPA.

“Berita yang beredar di masyarakat bahwa ada pasien yang terjangkit virus corona yang dirawat di RS kami itu adalah hoaks,” tuturnya, Selasa (17/3) sore.

“Di RS Pertamina memang sudah menyiapkan dua ruangan isolasi rawat inap. Saat ini untuk wilayah Kalimantan Utara hanya dua rumah sakit yang ditunjuk oleh pihak pemerintah menangani gejala awal Covid-19, yaitu RSUD Tarakan milik Pemprov Kaltara yang berada di Kampung Satu Skip, dan RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo di Tanjung Selor yang dikelola oleh Pemkab Bulungan,” terang Ary.

Menurut Ary, masyarakat harus berhati-hati mengelola informasi. Pun meneruskannya ke pihak-pihak lain. “Hoaks ini justru akan membuat kepanikan masyarakat. Yang kita perlukan adalah saling mendukung. Masyarakat dan tenaga medis, dan seluruh instansi pemerintahan yang berkaitan harus saling memberikan informasi yang benar terkait  dengan corona virus,” jelasnya.

Lanjutnya, corona bukan penyakit yang memalukan sehingga ketika terjangkit, atau kontak dengan yang terjangkit bahkan usai melakukan perjalanan keluar kota yang terpapar virus tersebut, dan mengalami gejala batuk, pilek demam, radang, tenggorakan, justru harus memeriksakan diri.

“Disarankan untuk tak berdiaman diri di rumah. Harus ke rumah sakit terdekat dan menyampaikan segala keluhan yang dialami, dan melakukan konfirmasi terkait  kunjungannya ke mana saja,” ujarnya.

Selain itu, dalam menangkal virus corona masyarakat harus memiliki daya tahan tubuh yang kuat, berolahraga rutin, makan makanan yang bergizi dan pemerintah sekarang ini sudah memberikan kelonggaran untuk bekerja dari rumah.

Jika pun berkumpul dengan orang lain harus menjaga jarak minimal sejauh 1,8 meter, tidak berjabat tangan, dan juga gunakan masker jika batuk pilek.

“Namun tidak dipungkiri untuk ke depannya semoga tidak terjadi wabah penyakit corona yang meluas. Semua RS harus menyiapkan diri terutama sumber daya manusia (SDM), ruangan, jangan sampai ketika sudah terjadi penyebaran yang luas justru rumah sakit kebingungan mencari ruang isolasi,” tutupnya.

Baca Juga :  Tidak Ada Pemerintah Daerah yang Sempurna

 

INTENSIFKAN PENGAWASAN DI PERAIRAN

Kaltara merupakan daerah yang memiliki garis perbatasan dengan Malaysia. Baik darat maupun laut.

Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) XIII Tarakan Laksamana Pertama TNI Haris Bima Bayuseto menyampaikan langkah antisipasi masuknya Covid-19 ke Nunukan menjadi perhatian. Sebab, daerah itu memiliki banyak jalur tikus.

Sehingga, personel penjagaan di perbatasan Ambalat diintensifkan. Pengawasan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan perahu yang melintas. Dari situ, akan diketahui penyeberangan legal atau ilegal.

“Di situ kemudian dipastikan ada yang menderita sakit atau tidak. Ini yang akan dilaporkan ke pusat,” ucap Laksamana Pertama TNI Haris Bima Bayuseto usai mengikuti rapat koordinasi (rakor) antisipasi penyebaran pandemi Covid-19 di Tanjung Selor, Selasa (17/3).

Lanjutnya, selain pengawasan armada yang ditempatkan di perairan Ambalat, sebanyak tiga hingga empat armada melakukan penjagaan ditambah dengan personel pengawasan tiap Pos AL yang ada. Sejauh pantauan untuk laut terbuka sampat saat ini nihil.

“Karena banyak melalui jalur darat dan sungai-sungai yang sulit. Jika dari pelabuhan yang melalui jalur laut sudah terintegrasi dengan Bea Cukai dan Imigrasi,” tambahnya.

Ia menegaskan, secara teknis TNI AL telah siap mengantisipasi penyebaran Covid-19. Sebelum personel dikerahkan, pelatihan berdasarkan prosedur standar operasional (SOP) sudah dilakukan. Itu sejalan dengan instruksi Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto.

“Sudah berkali-kali melakukan latihan SOP penanganan corona. Kami siapkan sanitizer untuk setiap orang yang masuk.  Pemeriksaan orang kami rutin dan sudah dilakukan,” tambahnya.

Dengan situasi yang terjadi, baik di Tanah Air dan di Negeri Jiran Malaysia, baginya tidak ada penambahan personel dan armada untuk melakukan pengawasan di perairan Nunukan. Mengantisipasi situasi pengawasan di perairan ia mengaku memiliki cara tersendiri.

“Sistem (pola operasi) selalu berkembang dengan situasi,” jelasnya.

 

TEGASKAN TAK ADA ODP-PDP

RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo di Tanjung Selor, ibu kota Kaltara sempat dihebohkan adanya kabar bahwa salah seorang warga suspect corona atau Covid-19 rujukan dari Puskemas Bumi Rahayu, Km 9 dirawat.

Juru Bicara (Jubir) Covid-19 Bulungan dr. Heriyadi Suranta mengatakan, warga tersebut awalnya menderita gejala mirip Covid-19. Apalagi, warga itu pun sebelumnya pernah diriwayatkan kontak dengan warga negara asing (WNA). Sehingga muncul kekhawatiran bahwa yang bersangkutan telah terjangkit  Covid-19. “Itu wajar saja. Apalagi ini pertama kali ditemui gejala demikian. Sehingga petugas medis di sana pun merasa mencurigainya. Apakah ini benar suspect corona,” jelasnya di hadapan awak media, kemarin (17/3).

Namun, lanjutnya, dari hasil pemeriksaan di RSD, ternyata warga tersebut tidak masuk dalam kategori orang dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pemantauan (PDP). “Keterangan kami sementara ini warga itu tak masuk kategori ODP dan PDP,” ujarnya.

Mengenai data ODP dan PDP per kecamatan yang tersebar luas, dr. Heri menyebut informasi tersebut benar. Hanya seluruh OPD dan PDP dalam daftar tersebut telah selesai masa pemantauannya.

“Hasilnya tidak ada yang mengarah ke suspect. Artinya, di Kabupaten Bulungan ini tidak ada lagi yang ODP dan PDP,” terangnya.

Ditambahkan juga, Dinkes sejak Januari-Maret sudah melakukan kesiapsiagaan. Khususnya, pada pemantauan awal terhadap orang-orang yang memang dianggap masuk dalam kategori itu. “Untuk yang di RSUD itu memang ada gejala pernapasan. Tapi, untuk yang WNA yang dimaksud itu sebelumnya sudah dalam pemantauan dan aman dari Covid-19. Jadi, warga itu tak masuk ke dalam suspect,” tandasnya.

Soal pasien rujukan dari Puskesmas Bumi Rahayu sebelumnya, RSD telah memeriksa lebih jauh sesuai SOP. “Riwayat kontaknya itu dengan WNA setelah dimintai keterangan pada 28 hari lalu. Berarti tak masuk PDP yang hanya 14 hari jarak kontaknya. Termasuk, hasil konfirmasi ke dr. Felix, ternyata WNA itu pernah dipantau dan dinyatakan negatif,” jelasnya.

dr. Fadlun menambahkan, mengenai orang yang mengarah ke suspect memiliki suhu badan 38 derajat Celsius. Kemudian, ada riwayat demam, infeksi saluran pernapasan, seperti batuk, sesak, pilek. “Termasuk pada riwayat kontak dengan warga negara yang terjangkit. Atau transmisi lokal, seperti warga di Jakarta, Depok dan lainnya yang sudah dikonfirmasi adanya pasien Covid-19,” ungkapnya.

Kabid Pelayanan Medik RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, dr. Widya mengatakan, sejauh ini pihaknya melakukan penanganan terhadap pasien sesuai SOP.

“Alhamdulillah, ternyata hasilnya itu negatif. Tapi, dari kami dan puskesmas tetap siaga dan tidak menganggap enteng Covid-19 ini,” timpalnya. (iwk/raw/agg/akz/omg/lim)

RUMAH Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan mengonfirmasi adanya dua warga yang sedang diisolasi saat ini. Keduanya baru menyelesaikan perjalanan dari Manado dan Jakarta. Untuk pasien yang baru datang dari Manado telah dirawat sejak Senin (16/3). Sementara satu pasien lain yang baru datang dari Jakarta telah diisolasi sejak kemarin (17/3).

Direktur Utama RSUD Tarakan dr. Muhammad Hasbi Hasyim, Sp.PD, mengatakan, keduanya belum dipastikan positif corona atau Covid-19. Saat ini baru akan dilakukan pemeriksaan spesimen di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).

Awal diterima, sang pasien dirujuk dari pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Hasbi enggan merinci nama puskesmasnya. Sebelum masuk ke puskesmas, dua pasien tersebut ditangani lebih dulu oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Tarakan.

“Gejalanya, pilek, batuk, demam. Ini (isolasi) dilakukan sebagai langkah antisipasi, jadi kami tetap berlakukan kewaspadaan itu. Termasuk petugas harus dilindungi. Saya sudah komunikasi, dilakukan rontgen (potret dengan sinar X), untuk saat ini hasil rontgen dua-duanya belum ada yang mendukung atau mengarah ke Covid-19. Tapi saya tetap minta dikirim sampelnya, spesimen ke Balitbangkes,” jelas dr. Muhammad Hasbi Hasyim, Sp.PD, Selasa (17/3).

Apabila pemeriksaan spesimen menunjukkan hasil positif Covid-19, maka kewaspadaan ditingkatkan. “Dua-duanya saya belum tahu pasti apakah warga Tarakan,” jelasnya.

Satu dari dua pasien ini, kata dia, masih berusia muda. Hasbi pun meminta masyarakat tetap bijak menyikapi setiap informasi yang beredar. Misalnya pada pasien yang belum tentu positif Covid-19, agar tak disebarkan secara luas data dirinya.

“Sebetulnya kami serba salah, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) juga mengeluarkan edaran, sebaiknya pasien yang dirawat dibuka alamatnya. Agar orang di sekitar juga bisa waspada. Hanya yang menjadi masalah, orang kadang-kadang melihatnya ini sebagai aib. Masalahnya di situ. Di satu sisi kalau itu dibuka (informasi detail), bisa diputus rantainya. Tetapi, kan orang beda-beda cara menyikapi, itu yang dikhawatirkan jika kemudian hari,” jelasnya lagi.

RSUD Tarakan diyakini mampu menangani jika kelak ada pasien corona atau Covid-19. “Tadi dalam pertemuan dengan Pak Gubernur (Dr. H. Irianto Lambrie), juga akan ditetapkan RSUD Nunukan sebagai rujukan. Alat-alat saat ini kan standar. Selama ini kan banyak penyakit yang kami tangani selain corona. Cuma yang masalah APD-nya (hazmat atau pakaian dekontaminasi) yang terbatas. Kan enggak ada obat spesifik, atau vaksin corona sejauh ini. Yang dilakukan pemerintah, sampai ada yang sembuh itu dengan dijaga, dirawat. Seperti dijaga cairan tubuhnya. Gejalanya kita yang ditangani,” tambahnya.

Menurutnya, pasien dalam pengawasan (PDP) atau positif corona yang meninggal karena adanya penyakit penyerta, atau daya tahan tubuhnya lemah.

“Rerata kan orang tua. Kasus pertama dan kedua, ketiga sudah sembuh. Daya tahan tubuh itu juga menentukan. Penyakit ini bisa pulih sendiri. Seperti hepatitis A misalnya, penularannya dari makanan. Kalau terjangkit selama tubuhnya bagus, makanannya cukup, cairannya cukup, maka bisa pulih sendiri.

Ini yang masalahnya penyebarannya lebih mudah. Kebersihan itu perlu,” jelasnya jauh. Sementara, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kaltara Agust Suwandy mengaku bahwa ada pasien yang secara mandiri datang ke RS untuk meminta diperiksa kesehatannya.

“Tapi ini masih diobservasi dulu apakah memang ada tanda-tanda ke arah sana. Artinya kami belum bisa mengatakan apakah ini suspect atau tidak,” jelasnya.

Pastinya, pihaknya belum dapat menarik kesimpulan apa pun. Tapi, benar ada yang datang untuk meminta diperiksa secara mandiri. Kemungkinan ada kekhawatiran setelah perjalanan dari daerah yang terjangkit virus ini.

“Ini masih ada tahapannya. Mulai dari observasi. Jadi untuk penetapan suspect itu, jika nanti ada tanda-tanda dan diambil sampel untuk dikirim ke Jakarta dan ditunggu lagi. Setelah itu baru bisa dinyatakan suspect atau tidak,” tegasnya.

Artinya, untuk proses ini masih panjang. Dalam hal observasi, itu dilakukan pemeriksaan klinis dulu untuk melihat tanda-tanda, apakah bronkitis atau pneumonia.

“Di sini akan kelihatan. Biasanya yang mengarah pada tanda-tanda Covid-19 ini kan pneumonia. Tapi itu tentu harus dilihat lagi tingkatannya,” kata Agust.

 

WNI POSITIF BERTAMBAH

Seorang warga negara Indonesia (WNI) berada di Lahad Datu, Sabah, Malaysia dinyatakan positif menderita Covid-19. Dengan begitu, jumlah penderita Covid-19 di Tawau, Malaysia bertambah menjadi 9 dari yang sebelumnya 8 orang.

Sementara di Kota Kinabalu, ibu kota Negara Bagian Sabah, juga ada 2 WNI yang terdeteksi terjangkit Covid-19. Di Sabah, setidaknya sudah ada 82 orang yang positif mengidap virus mematikan tersebut. Jadi, ada 3 WNI positif di daerah setingkat provinsi itu.

Kebenaran itu dipastikan Kepala Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau Sulistijo Djati Ismojo kepada media ini, kemarin (17/3). Setelah mendengar informasi tersebut, dirinya langsung menemui pihak rumah sakit untuk menanyakan kondisi pasien positif Covid-19 yang berada di Lahan Datu tersebut.

Baca Juga :  Resep Bakpao Kacang Hijau

“Alhamdulillah, yang bersangkutan dalam keadaan stabil,” ujarnya melalui pesan elektronik, kemarin (17/3).

Dilanjutkan Djati, WNI tersebut menetap di Sabah. WNI itu seorang pria yang berusia 30 tahun dan menikah dengan warga negara (WN) Malaysia. Dirinya memang tinggal di Lahad Datu. Dirinya diduga terkena virus setelah mengikuti kegiatan jemaah tablig di Masjid Jami Sri Petaling, Selangor awal Maret lalu.

“Sejauh ini, kami sedang menelusuri keluarga dan para jemaah yang ikut kegiatan tablig,” tambah Djati.

Mengenai lockdown atau penguncian wilayah yang dilakukan pemerintah Malaysia, Djati pun membenarkan hal tersebut. Pemerintah Malaysia akhirnya menutup semua akses keluar masuknya manusia dari Malaysia tentu atas dampak dari penyebaran Covid-19.

“Ya, mulai besok (hari ini, Red) sampai tanggal 31 Maret mendatang,” beber Djati.

Diberlakukannya lockdown oleh pemerintah Malaysia juga dibenarkan pihak Imigrasi Kelas II Nunukan. Melalui Kepala Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Imigrasi Kelas II Nunukan, Karel mengatakan, lockdown memang akan dilakukan Malaysia sejak Rabu (18/3) hari ini. Namun aktivitas penyeberangan kapal dari Nunukan-Tawau, tetap akan beroperasi seperti biasanya.

Lockdown hanya berlaku kepada penumpang berstatus wisatawan, baik dari Nunukan ke Malaysia sebaliknya. “Kalau orang Malaysia dari Nunukan mau ke Tawau, itu tidak apa-apa, sebaliknya dari Tawau, kalau ada orang Indonesia, mau ke Nunukan, itu tidak apa-apa. Kecuali orang Malaysia, tidak boleh keluar mereka dari sana (Malaysia, Red),” ungkap Karel.

Selasa (17/3), aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Internasional Tunon Taka Nunukan terpantau lancar. Setidaknya ada 4 armada yang beroperasi dengan ratusan penumpang datang dari Malaysia.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Nunukan, Hasan Basri mengatakan, dari hasil rapat seluruh bupati se-Kaltara bersama Gubernur Kaltara Dr. H. Irianto Lambrie seluruh instruksi mengenai pembentukan Gugus Tugas Covid-19 Kaltara, posko induk Covid-19, hingga persediaan sembako sudah dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan.

Hasan menjelaskan Bupati Nunukan Hj. Asmin Laura Hafid saat rapat menjelaskan keadaan strategis kepulauan Nunukan dengan banyaknya jalur tradisional mendorong keputusan Pemkab Nunukan mengusulkan lockdown jalur-jalur tersebut.

Namun, hal itu tidak bisa dilakukan mengingat pemberlakuannya harus oleh pemerintah pusat sebagaimana dikatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Bupati sudah menjelaskan kondisi kita, tapi wewenang lockdown itu wewenang pusat, sekalipun Provinsi (Pemprov)  tidak berwenang ambil keputusan,” kata Hasan menjelaskan.

 

CORONA DARI NUNUKAN HOAKS

Manajemen Rumah Sakit Pertamina Tarakan merespons kabar yang beredar di masyarakat yang menyebutkan adanya pasien positif Covid-19 dari Nunukan yang dirawat pihaknya. Kabar itu merupakan kabar bohong atau hoaks.

Direktur Rumah Sakit Pertamina drg. Ary Setyo Nugroho menyatakan sejauh ini pihaknya hanya melakukan perawatan beberapa pasien seperti kandungan, anak dan juga penyakit lain seperti ISPA.

“Berita yang beredar di masyarakat bahwa ada pasien yang terjangkit virus corona yang dirawat di RS kami itu adalah hoaks,” tuturnya, Selasa (17/3) sore.

“Di RS Pertamina memang sudah menyiapkan dua ruangan isolasi rawat inap. Saat ini untuk wilayah Kalimantan Utara hanya dua rumah sakit yang ditunjuk oleh pihak pemerintah menangani gejala awal Covid-19, yaitu RSUD Tarakan milik Pemprov Kaltara yang berada di Kampung Satu Skip, dan RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo di Tanjung Selor yang dikelola oleh Pemkab Bulungan,” terang Ary.

Menurut Ary, masyarakat harus berhati-hati mengelola informasi. Pun meneruskannya ke pihak-pihak lain. “Hoaks ini justru akan membuat kepanikan masyarakat. Yang kita perlukan adalah saling mendukung. Masyarakat dan tenaga medis, dan seluruh instansi pemerintahan yang berkaitan harus saling memberikan informasi yang benar terkait  dengan corona virus,” jelasnya.

Lanjutnya, corona bukan penyakit yang memalukan sehingga ketika terjangkit, atau kontak dengan yang terjangkit bahkan usai melakukan perjalanan keluar kota yang terpapar virus tersebut, dan mengalami gejala batuk, pilek demam, radang, tenggorakan, justru harus memeriksakan diri.

“Disarankan untuk tak berdiaman diri di rumah. Harus ke rumah sakit terdekat dan menyampaikan segala keluhan yang dialami, dan melakukan konfirmasi terkait  kunjungannya ke mana saja,” ujarnya.

Selain itu, dalam menangkal virus corona masyarakat harus memiliki daya tahan tubuh yang kuat, berolahraga rutin, makan makanan yang bergizi dan pemerintah sekarang ini sudah memberikan kelonggaran untuk bekerja dari rumah.

Jika pun berkumpul dengan orang lain harus menjaga jarak minimal sejauh 1,8 meter, tidak berjabat tangan, dan juga gunakan masker jika batuk pilek.

“Namun tidak dipungkiri untuk ke depannya semoga tidak terjadi wabah penyakit corona yang meluas. Semua RS harus menyiapkan diri terutama sumber daya manusia (SDM), ruangan, jangan sampai ketika sudah terjadi penyebaran yang luas justru rumah sakit kebingungan mencari ruang isolasi,” tutupnya.

Baca Juga :  Gamers Kaltara Berpeluang ke Pelatnas

 

INTENSIFKAN PENGAWASAN DI PERAIRAN

Kaltara merupakan daerah yang memiliki garis perbatasan dengan Malaysia. Baik darat maupun laut.

Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) XIII Tarakan Laksamana Pertama TNI Haris Bima Bayuseto menyampaikan langkah antisipasi masuknya Covid-19 ke Nunukan menjadi perhatian. Sebab, daerah itu memiliki banyak jalur tikus.

Sehingga, personel penjagaan di perbatasan Ambalat diintensifkan. Pengawasan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan perahu yang melintas. Dari situ, akan diketahui penyeberangan legal atau ilegal.

“Di situ kemudian dipastikan ada yang menderita sakit atau tidak. Ini yang akan dilaporkan ke pusat,” ucap Laksamana Pertama TNI Haris Bima Bayuseto usai mengikuti rapat koordinasi (rakor) antisipasi penyebaran pandemi Covid-19 di Tanjung Selor, Selasa (17/3).

Lanjutnya, selain pengawasan armada yang ditempatkan di perairan Ambalat, sebanyak tiga hingga empat armada melakukan penjagaan ditambah dengan personel pengawasan tiap Pos AL yang ada. Sejauh pantauan untuk laut terbuka sampat saat ini nihil.

“Karena banyak melalui jalur darat dan sungai-sungai yang sulit. Jika dari pelabuhan yang melalui jalur laut sudah terintegrasi dengan Bea Cukai dan Imigrasi,” tambahnya.

Ia menegaskan, secara teknis TNI AL telah siap mengantisipasi penyebaran Covid-19. Sebelum personel dikerahkan, pelatihan berdasarkan prosedur standar operasional (SOP) sudah dilakukan. Itu sejalan dengan instruksi Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto.

“Sudah berkali-kali melakukan latihan SOP penanganan corona. Kami siapkan sanitizer untuk setiap orang yang masuk.  Pemeriksaan orang kami rutin dan sudah dilakukan,” tambahnya.

Dengan situasi yang terjadi, baik di Tanah Air dan di Negeri Jiran Malaysia, baginya tidak ada penambahan personel dan armada untuk melakukan pengawasan di perairan Nunukan. Mengantisipasi situasi pengawasan di perairan ia mengaku memiliki cara tersendiri.

“Sistem (pola operasi) selalu berkembang dengan situasi,” jelasnya.

 

TEGASKAN TAK ADA ODP-PDP

RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo di Tanjung Selor, ibu kota Kaltara sempat dihebohkan adanya kabar bahwa salah seorang warga suspect corona atau Covid-19 rujukan dari Puskemas Bumi Rahayu, Km 9 dirawat.

Juru Bicara (Jubir) Covid-19 Bulungan dr. Heriyadi Suranta mengatakan, warga tersebut awalnya menderita gejala mirip Covid-19. Apalagi, warga itu pun sebelumnya pernah diriwayatkan kontak dengan warga negara asing (WNA). Sehingga muncul kekhawatiran bahwa yang bersangkutan telah terjangkit  Covid-19. “Itu wajar saja. Apalagi ini pertama kali ditemui gejala demikian. Sehingga petugas medis di sana pun merasa mencurigainya. Apakah ini benar suspect corona,” jelasnya di hadapan awak media, kemarin (17/3).

Namun, lanjutnya, dari hasil pemeriksaan di RSD, ternyata warga tersebut tidak masuk dalam kategori orang dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pemantauan (PDP). “Keterangan kami sementara ini warga itu tak masuk kategori ODP dan PDP,” ujarnya.

Mengenai data ODP dan PDP per kecamatan yang tersebar luas, dr. Heri menyebut informasi tersebut benar. Hanya seluruh OPD dan PDP dalam daftar tersebut telah selesai masa pemantauannya.

“Hasilnya tidak ada yang mengarah ke suspect. Artinya, di Kabupaten Bulungan ini tidak ada lagi yang ODP dan PDP,” terangnya.

Ditambahkan juga, Dinkes sejak Januari-Maret sudah melakukan kesiapsiagaan. Khususnya, pada pemantauan awal terhadap orang-orang yang memang dianggap masuk dalam kategori itu. “Untuk yang di RSUD itu memang ada gejala pernapasan. Tapi, untuk yang WNA yang dimaksud itu sebelumnya sudah dalam pemantauan dan aman dari Covid-19. Jadi, warga itu tak masuk ke dalam suspect,” tandasnya.

Soal pasien rujukan dari Puskesmas Bumi Rahayu sebelumnya, RSD telah memeriksa lebih jauh sesuai SOP. “Riwayat kontaknya itu dengan WNA setelah dimintai keterangan pada 28 hari lalu. Berarti tak masuk PDP yang hanya 14 hari jarak kontaknya. Termasuk, hasil konfirmasi ke dr. Felix, ternyata WNA itu pernah dipantau dan dinyatakan negatif,” jelasnya.

dr. Fadlun menambahkan, mengenai orang yang mengarah ke suspect memiliki suhu badan 38 derajat Celsius. Kemudian, ada riwayat demam, infeksi saluran pernapasan, seperti batuk, sesak, pilek. “Termasuk pada riwayat kontak dengan warga negara yang terjangkit. Atau transmisi lokal, seperti warga di Jakarta, Depok dan lainnya yang sudah dikonfirmasi adanya pasien Covid-19,” ungkapnya.

Kabid Pelayanan Medik RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, dr. Widya mengatakan, sejauh ini pihaknya melakukan penanganan terhadap pasien sesuai SOP.

“Alhamdulillah, ternyata hasilnya itu negatif. Tapi, dari kami dan puskesmas tetap siaga dan tidak menganggap enteng Covid-19 ini,” timpalnya. (iwk/raw/agg/akz/omg/lim)

Most Read

Artikel Terbaru