27.4 C
Tarakan
Saturday, December 2, 2023

Selain Pemberantasan, Pencegahan Peredaran Narkotika Jadi Atensi

Tongkat kepimpinan kepala Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Tarakan sejak 7 April ini berganti. Agus Susanto diberikan amanah untuk menjabatnya. Meski bukan dari unsur aparat hukum, namun pekerjaan besar menanti Agus dalam memberantas narkotika di Bumi Paguntaka -sebutan Kota Tarakan.

ELIAZAR

MEMILIKI segudang pengalaman berdinas di lingkungan Badan Narkotika Nasional (BNN), Agus Susanto yang sebelumnya menjabat Kabag Umum BNNP DKI Jakarta kini ditunjuk menjadi kepala BNNK Tarakan. Meski bukan dari kalangan aparat hukum, namun dengan pengalaman 15 tahun berdinas sebagai aparatur sipil negara (ASN) di BNN t, Agus sudah memahami seluk beluk permasalahan narkotika.

Baginya menjadi kepala BNNK Tarakan bukanlah hal yang mudah. Apalagi diketahui Tarakan merupakan jalur perlintasan narkotika dari Malaysia, yang masuk ke Indonesia. Meski demikian, dirinya tetap optimistis bisa melakukan yang terbaik dalam memberantas dan mencegah peredaran narkotika. Untuk melakukan semua itu, Agus berharap perlunya sinergi antara pemerintah daerah dan semua unsur aparat hukum yang ada di Kota Tarakan.

Maka dari itu, mengawali tugasnya di Tarakan ia pun segera melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan dan semua instansi terkait. “Kami sudah minta dukungan ke Wali Kota (dr. Khairul, M.Kes) untuk mendukung Tarakan bebas dari narkoba,” kata pria kelahiran Bayuwangi, 22 Agustus 1969, Kamis (29/4).

Baca Juga :  Duh...Lagi-Lagi Listrik Padam Lagi

Menurutnya permasalahan narkotika tidak hanya ditangani oleh BNN dan aparat hukum. Namun pemerintah daerah dan masyarakat juga memiliki peran besar dalam mendukung pemberantasan dan pencegahan narkotika. Untuk memahami kondisi Tarakan yang sangat rawan terhadap penyelupan narkotika, Agus sudah meninjau sejumlah jalur tikus yang ada di Tarakan. “Tarakan ini menjadi transit dan bisa jadi pasaran juga,” sebutnya.

Agus sendiri bertekad tidak hanya fokus pemberantasan, namun pencegahan juga harus menjadi prioritas. Misalnya dengan menyosialisasikan bahaya narkoba dan membina pecandu narkotika. Bahkan program rehabilitasi juga harus diperhatikan. Sehingga setiap pecandu narkotika bisa dipulihkan kembali dan tidak ketergantungan terus dengan narkotika. Ia memastikan akan bertindak dengan humanis, kepada semua pecandu narkotika yang ingin direhabilitasi.

“Kami berharap bahwa kalau ada anggota keluarga yang pecandu, agar jangan dibiarkan dan jangan dikucilkan. Namun perlu kita tangani untuk dilakukan proses rehabilitasi,” sebut ayah dari dua anak itu.

Khusus program rehabilitasi, ia juga sudah mendorong pemerintah daerah agar menyediakan tempat rehabilitasi di Kota Tarakan. Selama ini, untuk melakukan rehabilitasi yang butuh rawat inap, maka harus dilakukan di Samarinda. Untuk di BNNK Tarakan masih melakukan secara rawat jalan. Ia pun berharap sarana prasarana untuk rehabilitasi pecandu narkotika di Tarakan, bisa dilengkapi oleh pemerintah daerah.

Baca Juga :  Berbahaya bagi Kesehatan dan Tumbuh Kembang

Hal tersebut bukan hanya dialami oleh Kaltara saja. Namun di daerah lain juga masih minim dengan sarana prasarana rehabilitasi. BNN sendiri baru memiliki 6 tempat rehabilitasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini BNN berharap peran dari pemerintah daerah yang bersedia menyediakan sarana dan prasarana. “Kemudian untuk masalah pemberantasan yang pelik sekali. Apalagi saat ini para bandar narkotika sudah mulai terlihat lihai dalam mengelabui petugas,” imbuh Agus.

Menyelesaikan permasalahan narkotika di Tarakan merupakan atensi. Ia mengakui, selama bertugas di BNN nama Kota Tarakan sering ia dengar lantaran beberapa pengungkapan kasus narkotika cukup banyak. Kemudian beberapa bandar besar juga ada yang mengendalikan peredaran sabu, juga ada di Tarakan. “Kami sudah meminta kepada Wali Kota agar menyediakan anggaran dan lahan tempat rehabilitasi,” tutupnya. (***/lim)

 

 

Tongkat kepimpinan kepala Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Tarakan sejak 7 April ini berganti. Agus Susanto diberikan amanah untuk menjabatnya. Meski bukan dari unsur aparat hukum, namun pekerjaan besar menanti Agus dalam memberantas narkotika di Bumi Paguntaka -sebutan Kota Tarakan.

ELIAZAR

MEMILIKI segudang pengalaman berdinas di lingkungan Badan Narkotika Nasional (BNN), Agus Susanto yang sebelumnya menjabat Kabag Umum BNNP DKI Jakarta kini ditunjuk menjadi kepala BNNK Tarakan. Meski bukan dari kalangan aparat hukum, namun dengan pengalaman 15 tahun berdinas sebagai aparatur sipil negara (ASN) di BNN t, Agus sudah memahami seluk beluk permasalahan narkotika.

Baginya menjadi kepala BNNK Tarakan bukanlah hal yang mudah. Apalagi diketahui Tarakan merupakan jalur perlintasan narkotika dari Malaysia, yang masuk ke Indonesia. Meski demikian, dirinya tetap optimistis bisa melakukan yang terbaik dalam memberantas dan mencegah peredaran narkotika. Untuk melakukan semua itu, Agus berharap perlunya sinergi antara pemerintah daerah dan semua unsur aparat hukum yang ada di Kota Tarakan.

Maka dari itu, mengawali tugasnya di Tarakan ia pun segera melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan dan semua instansi terkait. “Kami sudah minta dukungan ke Wali Kota (dr. Khairul, M.Kes) untuk mendukung Tarakan bebas dari narkoba,” kata pria kelahiran Bayuwangi, 22 Agustus 1969, Kamis (29/4).

Baca Juga :  Masuk Nominasi Medsos Terbaik Nasional

Menurutnya permasalahan narkotika tidak hanya ditangani oleh BNN dan aparat hukum. Namun pemerintah daerah dan masyarakat juga memiliki peran besar dalam mendukung pemberantasan dan pencegahan narkotika. Untuk memahami kondisi Tarakan yang sangat rawan terhadap penyelupan narkotika, Agus sudah meninjau sejumlah jalur tikus yang ada di Tarakan. “Tarakan ini menjadi transit dan bisa jadi pasaran juga,” sebutnya.

Agus sendiri bertekad tidak hanya fokus pemberantasan, namun pencegahan juga harus menjadi prioritas. Misalnya dengan menyosialisasikan bahaya narkoba dan membina pecandu narkotika. Bahkan program rehabilitasi juga harus diperhatikan. Sehingga setiap pecandu narkotika bisa dipulihkan kembali dan tidak ketergantungan terus dengan narkotika. Ia memastikan akan bertindak dengan humanis, kepada semua pecandu narkotika yang ingin direhabilitasi.

“Kami berharap bahwa kalau ada anggota keluarga yang pecandu, agar jangan dibiarkan dan jangan dikucilkan. Namun perlu kita tangani untuk dilakukan proses rehabilitasi,” sebut ayah dari dua anak itu.

Khusus program rehabilitasi, ia juga sudah mendorong pemerintah daerah agar menyediakan tempat rehabilitasi di Kota Tarakan. Selama ini, untuk melakukan rehabilitasi yang butuh rawat inap, maka harus dilakukan di Samarinda. Untuk di BNNK Tarakan masih melakukan secara rawat jalan. Ia pun berharap sarana prasarana untuk rehabilitasi pecandu narkotika di Tarakan, bisa dilengkapi oleh pemerintah daerah.

Baca Juga :  Ditolak Negeri, Menyerah di Swasta

Hal tersebut bukan hanya dialami oleh Kaltara saja. Namun di daerah lain juga masih minim dengan sarana prasarana rehabilitasi. BNN sendiri baru memiliki 6 tempat rehabilitasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini BNN berharap peran dari pemerintah daerah yang bersedia menyediakan sarana dan prasarana. “Kemudian untuk masalah pemberantasan yang pelik sekali. Apalagi saat ini para bandar narkotika sudah mulai terlihat lihai dalam mengelabui petugas,” imbuh Agus.

Menyelesaikan permasalahan narkotika di Tarakan merupakan atensi. Ia mengakui, selama bertugas di BNN nama Kota Tarakan sering ia dengar lantaran beberapa pengungkapan kasus narkotika cukup banyak. Kemudian beberapa bandar besar juga ada yang mengendalikan peredaran sabu, juga ada di Tarakan. “Kami sudah meminta kepada Wali Kota agar menyediakan anggaran dan lahan tempat rehabilitasi,” tutupnya. (***/lim)

 

 

Terpopuler

Abon Ikan Bandeng Pedas

Persoalan Harga Komisi Tak Berujung

Pemkab Bagikan Sembako untuk RTSPM

Artikel Terbaru