Pertanian di Tarakan tidak hanya menjadi tumpuan dalam memenuhi kebutuhan sayur-mayur hingga buah-buahan bagi masyarakat. Pertanian di Tarakan juga menjadi sarana edukasi sekaligus wisata. Adalah inovasi Kelompok Tani Flora dan Fauna Mandiri, mengusung misi agrowisata yang bisa menjawab dahaga warga akan wisata alam.
YEDIDAH PAKONDO
BUAH dipanen langsung dari pokoknya. Lahan perkebunan yang berada di Tarakan Utara yang ditanami Dwi Wahyudi itu mulai diserbu warga. Padahal, waktu panen baru akan dibuka pada 31 Maret 2022 besok.
Mendung yang menyelimuti Bumi Paguntaka pada Selasa (29/3), tidak melunturkan semangat warga untuk berwisata ke perkebunan buah. Lokasi yang berada di Kelurahan Juata Permai ini sering dikunjungi warga pasca dibukanya kegiatan memanen buah langsung dari tanaman.
Radar Tarakan melihat indahnya tumbuhan labu kabocha alias labu jepang berwarna oranye yang ditata menyerupai gapura. Sentuhan ini menambah nilai jika Anda berniat mengambil gambar di lokasi perkebunan. Tak hanya itu, kondisi perkebunan juga terlihat sangat bersih terurus sehingga membuat siapa pun menjadi nyaman saat berada di dalam kebun.
Ketua Kelompok Tani Flora dan Fauna Mandiri Tarakan, Dharmawan mengatakan ini merupakan kali ketiga pihaknya panen buah langsung dari kebun bagi masyarakat Kaltara. Labu kabocha, melon golden kinanti dan semangka golden jenar yang ditanam, menjadi tanaman perdana yang tumbuh di Kaltara saat ini.
Sebetulnya, dikatakan Dharmawan labu kabocha merupakan jenis labu kuning. Hanya, labu kabocha memiliki rasa manis yang lebih dibanding labu biasa. Biasanya labu kabocha hanya dikembangkan di Pulau Jawa, namun telah dijadikan sebagai komoditas baru di Kaltara sehingga perlu dikembangkan. “Labu ini unik dan rasanya tidak mengecewakan,” ujar Dharmawan.
Berkat kerja keras petani membuat 100 pokok labu kabocha berhasil tumbuh sempurna, bahkan melebihi ekspektasi kelompok tani. Ide menanam labu kabocha sebagai penarik bagi masyarakat untuk berkunjung ke lokasi perkebunan agar komoditas lain yang ditanam kelompok tani ini juga dapat terjual.
Labu kabocha dapat diolah menjadi pudding, olahan sayur, kolak, kue dan olahan makanan lainnya. Tekstur labu kabocha pun menyerupai ubi rambat yang wangi dan bertekstur khas saat masuk ke dalam mulut. Para petani setempat juga menyediakan peralatan memasak jika para pengunjung ingin memasak labu kabocha langsung di lokasi perkebunan sambil menikmati komoditas lain seperti melon.
“Labu kabocha ini satu kilogramnya Rp 15.000. Bisa panen ketika tanggal 31 Maret nanti di lokasi sebelah, nanti kami ambilkan dan disimpan di atas meja pameran. Jadi pengunjung tidak jauh masuk untuk mengambil,” jelasnya.
Tak hanya labu kabocha, juga ada melon golden kinanti di lokasi yang berdekatan dengan labu kabocha. Sebanyak 1.800 pokok melon ditanam pihaknya, ini jauh lebih banyak dari labu kabocha karena minat masyarakat terhadap melon sangat besar. Sedang labu kabocha masih menjadi uji coba.
“Melon golden ini Rp 20 ribu per kilogram, ini rasanya manis sekali sampai 15 brix. Ada dua jenis, yang satu dalamnya kuning, satunya dalamnya warna merah,” urainya.
Kelompok Tani Flora dan Fauna Mandiri Tarakan juga menanam 1.000 pokok semangka golden yang dapat dipanen pada 10 April 2022 mendatang. Sama seperti labu kabocha, semangka golden juga perdana ditanam di Tarakan. “Kalau semangka belum dihitung costnya. Karena ini baru perdana di Tarakan. Palingan, harganya sekitar Rp 10 ribuan,” tutur Dharmawan.
Untuk diketahui, selama membuka panen di kebun, biasanya pihaknya menerima kunjungan sampai 500 orang per harinya. Adapun tujuan utama pihaknya ialah untuk mengedukasi masyarakat bahwa pertanian kini menjadi kegiatan usaha yang harus memiliki modal, tenaga sehingga mendapatkan hasil memuaskan. “Kemarin (tanaman sebelumnya) itu 4 ton sudah habis dalam waktu tiga setengah hari. Kami melibatkan 9 orang kelompok tani dan keluarga kami serta tetangga agar turut membantu kami dalam mengawasi hasil panen,” katanya.
Anggota Kelompok Tani Flora dan Fauna Mandiri Tarakan, Dwi Wahyudi mengatakan bahwa dirinya merupakan petani yang menggarap perkebunan labu kabocha, melon golden kinanti dan semangka golden. Mula-mula ia perlu menyiapkan lahan, membuat bedengan, pindah tanam dan mulai melakukan perawatan rutin dengan menggunakan pupuk seminggu sekali, dan tiga kali sehari menggunakan fungsida dan insektisida untuk menyemprot tanaman untuk mencegah adanya hama. “Paling sensitif itu melon, karena gampang terkena penyakit. Apalagi saat musim penghujan begini, bisa menimbulkan jamur dan cendawan. Kalau hama seperti ulat dan kutu itu jarang,” ungkap Dwi.
Jika terkena hama, maka tumbuhan akan mengalami rusak pada daun hingga berdampak pada rasa dan perkembangan pertumbuhan buah. Sehingga dalam hal ini petani harus melakukan pencegahan dari akar dan daun. “Kalau sudah kena hama, harus lebih kerja keras. Makanya dicegah lebih baik. Syukurnya melon kami bisa bertahan sampai panen,” ucapnya.
Berbeda dengan tanaman semangka yang tidak memerlukan perawatan lebih seperti melon. Sebab semangka menjadi salah satu tumbuhan yang tidak ribet. Dwi juga mengungkapkan rasa syukurnya karena dapat mengonsep kebun dengan maksimal hingga mendapat pujian dari pengunjung.
“Yang punya ide saya sendiri. Saya suka kalau menarik perhatian pengunjung. Kalau diminati, akan kami kembangkan. Ini bibitnya saya pesan online, kalau labu Rp 20 ribu dapat 12 biji, melon Rp 560 ribu dapat 400 biji, semangka Rp 90 ribu isi 300 biji,” pungkasnya. (***/lim)