27.7 C
Tarakan
Wednesday, June 7, 2023

Ramadan dan Lebaran, Inflasi Diprediksi Naik

TARAKAN – Seperti tahun-tahun sebelumnya peningkatan inflasi akan terjadi ketika memasuki Ramadan dan Lebaran. Berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) hingga minggu kedua Mei tahun ini terdapat lima komoditas yang perlu menjadi perhatian sebagai penyumbang jumlah inflasi terbanyak.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltara Hendik Sudaryanto mengatakan, lima komoditas itu angkutan udara, udang basah, terlur ayam ras, bawang merah dan daging ayam ras. (lihat grafis) “Kelima komoditas ini selalu menjadi penyumpang tertinggi inflasi Kaltara setiap memasuki Ramadan hingga Lebaran,” bebernya.

Meski diperkirakan inflasi naik, sejauh ini masih di bawah rendah dari target nasional yakni 3,5 persen. “Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi Kaltara pada April kenaikannya masih rendah,” bebernya.

Bahkan untuk angkutan udara yang diperkirakan akan menjadi salah satu penyumbang tertinggi inflasi Kaltara pada bulan Ramadan dan Lebaran, pada bulan April menjadi penyumbangi deflasi tertinggi yakni -0,04 persen (mtm).

Baca Juga :  Soal Kepastian Hukum Penjualan Kayu di Tarakan, Mukhlis: Perlu Perda

“Dibandingkan komoditas lain pada April, angkutan udara malah menjadi komoditas yang menyumbangkan deflasi tertinggi yakni -0,04 persen (mtm),” ungkapnya.

Rendahnya inflasi berkat upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang diketuai kepala daerah masing-masing yang bekerjasama dengan Tim Satgas Pangan.

“TPID bersama Tim Satgas Pangan sangat fokus untuk menjaga stabilitas harga dan stok pangan di daerah, sehingga inflasi bisa ditekan,” tuturnya.

Sejauh ini berdasarkan data sementara BI melalui survei pemantauan harga mingguan, hingga minggu kedua relatif pergerakan harga terjaga dengan baik. Terutama kebutuhan pangan, selain itu pergerakan harga dengan baik, berkat pemerintah daerah melalui TPID bersama Tim Satgas Pangan yang melakukan upaya penekanan kenaikan harga yang tidak wajar. “Naikkan boleh, tapi yang wajar,” ujarnya.

Baca Juga :  Tetap Optimis Pelaksanaan Dua Kejuaraan Lokal Kaltara

“Rata-rata inflasi pada saat Ramadan selama empat tahun terakhir mencapai 0,54 persen (mtm), sementara untuk inflasi pada saat Lebaran selama empat tahun terakhir mencapai 1,84 persen (mtm), kami memperkirakan tahun ini inflasinya tidak setinggi tahun sebelumnya,” ucapnya.

Selain itu dirinya juga mengimbau kepada masyarakat agar mengkonsumsi sewajarnya, tidak berlebihan, sesuaikan dengan kebutuhan di bulan Ramadan dan Lebaran. Tidak perlu takut akan ketersediaan pangan sehingga melakukan upaya monopoli dengan memborong sejumlah komoditas pangan yang berdampak pada peningkatan harga nantinya.

“Masyarakat tidak perlu khawatir, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga sudah memastikan bahwa stok pangan sangat tersedia, tidak ada alasan untuk memborong sejumlah komoditas pangan,” urainya. (jnr/lim)

TARAKAN – Seperti tahun-tahun sebelumnya peningkatan inflasi akan terjadi ketika memasuki Ramadan dan Lebaran. Berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) hingga minggu kedua Mei tahun ini terdapat lima komoditas yang perlu menjadi perhatian sebagai penyumbang jumlah inflasi terbanyak.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltara Hendik Sudaryanto mengatakan, lima komoditas itu angkutan udara, udang basah, terlur ayam ras, bawang merah dan daging ayam ras. (lihat grafis) “Kelima komoditas ini selalu menjadi penyumpang tertinggi inflasi Kaltara setiap memasuki Ramadan hingga Lebaran,” bebernya.

Meski diperkirakan inflasi naik, sejauh ini masih di bawah rendah dari target nasional yakni 3,5 persen. “Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi Kaltara pada April kenaikannya masih rendah,” bebernya.

Bahkan untuk angkutan udara yang diperkirakan akan menjadi salah satu penyumbang tertinggi inflasi Kaltara pada bulan Ramadan dan Lebaran, pada bulan April menjadi penyumbangi deflasi tertinggi yakni -0,04 persen (mtm).

Baca Juga :  Tetap Optimis Pelaksanaan Dua Kejuaraan Lokal Kaltara

“Dibandingkan komoditas lain pada April, angkutan udara malah menjadi komoditas yang menyumbangkan deflasi tertinggi yakni -0,04 persen (mtm),” ungkapnya.

Rendahnya inflasi berkat upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang diketuai kepala daerah masing-masing yang bekerjasama dengan Tim Satgas Pangan.

“TPID bersama Tim Satgas Pangan sangat fokus untuk menjaga stabilitas harga dan stok pangan di daerah, sehingga inflasi bisa ditekan,” tuturnya.

Sejauh ini berdasarkan data sementara BI melalui survei pemantauan harga mingguan, hingga minggu kedua relatif pergerakan harga terjaga dengan baik. Terutama kebutuhan pangan, selain itu pergerakan harga dengan baik, berkat pemerintah daerah melalui TPID bersama Tim Satgas Pangan yang melakukan upaya penekanan kenaikan harga yang tidak wajar. “Naikkan boleh, tapi yang wajar,” ujarnya.

Baca Juga :  2 Kg Sabu-Sabu Dimusnahkan BNNP-Bea Cukai

“Rata-rata inflasi pada saat Ramadan selama empat tahun terakhir mencapai 0,54 persen (mtm), sementara untuk inflasi pada saat Lebaran selama empat tahun terakhir mencapai 1,84 persen (mtm), kami memperkirakan tahun ini inflasinya tidak setinggi tahun sebelumnya,” ucapnya.

Selain itu dirinya juga mengimbau kepada masyarakat agar mengkonsumsi sewajarnya, tidak berlebihan, sesuaikan dengan kebutuhan di bulan Ramadan dan Lebaran. Tidak perlu takut akan ketersediaan pangan sehingga melakukan upaya monopoli dengan memborong sejumlah komoditas pangan yang berdampak pada peningkatan harga nantinya.

“Masyarakat tidak perlu khawatir, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga sudah memastikan bahwa stok pangan sangat tersedia, tidak ada alasan untuk memborong sejumlah komoditas pangan,” urainya. (jnr/lim)

Most Read

Artikel Terbaru