Tuntas, dua dari empat pasangan calon (paslon) Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tarakan dapat berdiskusi langsung dengan para kru dan manajemen Radar Tarakan. Kali ini dengan H. Badrun-Ince A. Rifai yang akrab dengan slogan Bais. Keduanya menerima hangat di posko pemenangan mereka di Jalan Jenderal Sudirman, Tarakan Barat.
YUSTINA & YEDIDAH
HUJAN menyambut pagi kemarin (21/2). Sekira pukul 09.00 Wita, pasangan calon yang didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Golongan Karya (Golkar) menyempatkan diri menerima rombongan.
Kegiatan bertajuk bincang santai itu didahului sambutan Direktur Utama Radar Tarakan Anny Susilowati. Memperkenalkan jajarannya sekaligus menyampaikan maksud kedatangan.
H. Badrun merasa senang dikunjungi media terbesar di Kalimantan Utara. Ia juga menyatakan bahwa peranRadar Tarakan begitu penting memajukan Kaltara sebagai provinsi termuda.
Badrun pun bercerita jika dirinya merupakan figur yang terlahir dari kalangan masyarakat religius. Kehidupan yang penuh dengan kesederhanaan, ketulusan, keikhlasan dan senantiasa bersyukur atas karunia Tuhan. Badrun kecil tumbuh di Magetan, Jawa Timur. Menempuh pendidikan layaknya usia sekolah pada umumnya. Namun yang berbeda adalah pendidikan agama yang diterimanya. Mirip anak pesantren. Hal tersebut ia jalani mulai sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) saat masih tinggai di kawasan pedesaan. “Jadi SD-nya di kampung, SMP-nya di ibu kota kecamatan dan SMA-nya di ibu kota kabupaten,” ungkapnya.
Menginjak sekolah menengah atas (SMA), Badrun mulai belajar hidup mandiri, dipisahkan jarak dari orang tuanya. Namun melalui kemandiriannya, ia bersyukur dapat menyelesaikan sekolahnya tepat waktu. Lulus dengan jurusan IPA yang memang saat itu menjadi idaman setiap siswa. Sejak mengenyam pendidikan di bangku sekolah, ia banyak mewakili sekolahnya, baik perlombaan di tingkat kecamatan sampai tingkat kabupaten. Usai menempuh pendidikan SMA, Badrun memutuskan untuk mengikuti pendidikan tinggi di Universitas Mulawarman. Tak sampai di situ, perjalanannya berlanjut pada pendidikan kedinasan di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri. Badrun sangat terobsesi mempelajari kehidupan masyarakat.
Nah, akademi merupakan lembaga pendidikan, sehingga dalam internal kampus diwajibkan untuk mengikuti organisasi selama empat tahun. Selebihnya Badrun belajar dasar pemerintahan, pelayan masyarakat yang baik, operator pemerintahan yang baik, formasi kebijakan yang baik, dan sebagainya.
Badrun menjelaskan bahwa dirinya telah mengabdikan diri di Kota Tarakan selama 20 tahun. Mulai dari Camat Tarakan Barat dan Tarakan Timur selama 8 tahun, yang kemudian diangkat menjadi kepala dinas selama 3 tahun, menjadi asisten pada Setkot Tarakan selama 6 tahun dan berlanjut menjadi Sekretaris Daerah Kota (Sekdakot) selama 9 tahun. “Selama 20 tahun ini saya berkontribusi untuk melayani masyarakat dan mengisi perubahan sistem pemerintahan yang ada, sehingga kami merasa terpanggil untuk mengikuti agenda Pilwali dan kembali mengabdikan diri di Kota Tarakan,” ujarnya.
Badrun juga menyampaikan ketika hendak masuk dalam proses Pilwali Tarakan. Dihitung berdasarkan episode waktu, dari semua bakal calon, ia mengaku yang paling lambat bergerak kepada masyarakat, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai kesungguhannya mengabdi. “Karena saya belakangan masuk dalam bursa ini, yang jelas kami akan mematuhi jadwal yang telah disusun oleh KPU,” bebernya.
Ia bersyukur, pada 12 Februari lalu ditetapkan KPU sebagai paslon. Untuk membuktikan kesungguhannya maju di pilwali, ia rutin melaksanakan komunikasi dan melakukan konsolidasi rutin.
KENYANG KEDINASAN DAN ORGANISASI
Sementara Ince A. Rifai punya cerita lain terkait perjalanan hidupnya. Pria kelahiran Makassar, 5 Oktober 1964 itu maju untuk kedua kalinya sebagai calon Wakil Wali Kota Tarakan mendampingi H. Badrun. Ince menikah dengan Hj. Farida Faisal dan dikaruniai tiga orang anak.
Ince muda menempuh berbagai pendidikan. Terakhir di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar 2010 lalu saat menjalani pendidikan S2-nya. “Dari semua pendidikan yang telah saya tempuh, bersyukur dapat menyelesaikan dengan baik,” ungkapnya.
Ia mengungkap sederet penghargaan selama berdinas di kepolisian. Mulai dari Bintang Jasa Satya Lencana Kesetiaan 8 Tahun, Bintang Jasa Satya Lencana Kesetiaan 16 Tahun, dan Bintang Jasa Satya Lencana Kesetiaan 24 Tahun. “Diberikan kepada anggota prajurit TNI/ABRI yang telah setia dan sungguh-sungguh berdinas terus menerus selama 8, 16 dan 24 tahun,” ujarnya.
Berbagai jabatan juga dilakoninya, mulai dari Komandan Kompi Siswa Seba Mil Suk Polri 1985 hingga 1986, Pelatih Pengembangan diri Polri (Polres Polmas), Ketua Senat Dik Jur Lan Pusdiklantas Polri, Komandan Kompi Reserse Mega Bandung, Wadan Men Korps Setukpa Polri Sukabumi 1997 hingga 1998, Ketua Angkatan Dik Bang Spes Ren Gar 2011. Dirinya juga pernah menjadi Kapolsek Tarakan Barat, Wakasat Reskrim Polres Tarakan, Kasat Reskrim Polres Nunukan, Kasat Samapta Polres Tarakan, Kaur Humas Polda Kaltim, Kabagren Polres Tarakan.
Selain menjabat dengan begitu banyak organisasi dari pekerjaan tetap di Tarakan maupun Kalimantan. Seperti Ketua Dewan Kerja Cabang Takalar (DKCK) 1983 sampai 1985, anggota Penatar BP7 1982 hingga 1984, anggota Dewan Pramuka Sulsel tahun 1983 hingga 1985. Lalu Senat Fakultas Hukum UMI Makassar 1992 hingga 1994, Ketua Kerukunan Keluarga Besar Makassar 2004 sampai saat ini.
Selain itu juga menjadi Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan 2009 sampai saat ini. Juga sebagai Penasehat Forum Kewaspadaan Nasional Masyarakat (FKNM) Tarakan 2011 sampai dengan saat ini, penasehat Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Kota Tarakan 2011 hingga sekarang. “Jadi ada yang sudah berakhir, dan ada juga yang masih sampai saat ini saya lakoni,” urainya. (***/lim)