28.4 C
Tarakan
Saturday, June 3, 2023

MEREKA KEPALA BATU..!! Ngotot Jajakan Jualan di Dermaga Pelabuhan

TARAKAN – Meski diimbau untuk tidak lagi menjual makanan di kawasan Pelabuhan Tengkayu I atau SDF, para pedagang asongan masih saja masih saja menjajakan dagangannya di dermaga.

Norhaida (40), saat ditemui Radar Tarakan mengatakan, ia sudah puluhan tahun berjualan di kawasan tersebut. Bahkan telah turun temurun. Bagi keluarga Norhaida penghasilan dari dagangan di Pelabuhan Tengkayu I ia menghidupi keluarganya. “Saya ini sejak masih bayi sudah di sini, sudah berpuluh tahun jualan di sini. Bahkan saya ini generasi ketiga,” tuturnya.

Sebenarnya, Norhaida memiliki kios khusus yang terletak pas di depan penjualan tiket Pelabuhan Tengkayu I, hanya seiring berjalannya waktu, banyak pedagang asongan yang berasal dari luar pelabuhan menjajakan dagangannya.

Atas hal tersebut, Norhaida bersama dengan beberapa rekannya yang memiliki kios di Pelabuhan Tengkayu I menemui petugas untuk menyatakan aspirasinya. Dari hasil pertemuan tersebut, Norhaida dan rekannya diberi kesempatan untuk menjajakan jualannya di sebelah kiri kawasan dermaga Pelabuhan Tengkayu I. “Sebenarnya tidak boleh, tapi karena susah pendapatan, jadi apa boleh buat,” katanya.

Baca Juga :  Kekurangan Daya Sisa 13 MW

Selama berjualan di dermaga pelabuhan, Norhaida tak pernah mendapat perlakuan tak enak dari Pemerintah Kota Tarakan. Setiap harinya, keuntungan yang diperoleh Norhaida beragam, namun rata-rata mencapai Rp 500 sampai 700 ribu per hari. “Itu sudah untung bersih. Paling banyak laku itu minuman mineral, saya jual Rp 5 ribu per botol,” jelasnya.

Disinggung soal rencana pemerintah untuk menjadikan Pelabuhan Tengkayu I mirip dengan layanan Bandara Juwata yang lebih tertata dan memiliki kawasan perbelanjaan khusus, Norhaidah mengatakan bahwa pihaknya mendukung hal tersebut. Asalkan para pemilik kios di kawasan Pelabuhan Tengkayu I juga dilibatkan dalam pembangunan usaha tersebut.

Ince (32) mengatakan bahwa dirinya baru menjual di kawasan dermaga Pelabuhan Tengkayu I sejak 2 tahun lalu. Pernah ditertibkan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), namun dirinya tetap bersikukuh untuk menjual di kawasan pelabuhan karena tuntutan ekonomi keluarga.

Baca Juga :  Pemkot Rencana Pasang U-Ditch

“Pernah ditertibkan. Kapok sih, tapi namanya juga cari makan,” bebernya.

Akan tetapi, keuntungan yang didapatkan Ince tak begitu banyak seperti Norhaida. Setiap harinya Ince hanya berhasil meraup keuntungan yang mencapai Rp 200 ribu. Melalui rencana pemerintah untuk membangun toko perbelanjaan di kawasan Pelabuhan Tengkayu I pun didukung Ince, karena dianggap bisa menaungi pedagang kaki lima di kawasan pelabuhan tersebut. “Saya dukung, asalkan kami juga diberi kesempatan menjual di sini, karena hanya ini mata pencaharian kami,” bebernya. (*/shy/lim)

 

TARAKAN – Meski diimbau untuk tidak lagi menjual makanan di kawasan Pelabuhan Tengkayu I atau SDF, para pedagang asongan masih saja masih saja menjajakan dagangannya di dermaga.

Norhaida (40), saat ditemui Radar Tarakan mengatakan, ia sudah puluhan tahun berjualan di kawasan tersebut. Bahkan telah turun temurun. Bagi keluarga Norhaida penghasilan dari dagangan di Pelabuhan Tengkayu I ia menghidupi keluarganya. “Saya ini sejak masih bayi sudah di sini, sudah berpuluh tahun jualan di sini. Bahkan saya ini generasi ketiga,” tuturnya.

Sebenarnya, Norhaida memiliki kios khusus yang terletak pas di depan penjualan tiket Pelabuhan Tengkayu I, hanya seiring berjalannya waktu, banyak pedagang asongan yang berasal dari luar pelabuhan menjajakan dagangannya.

Atas hal tersebut, Norhaida bersama dengan beberapa rekannya yang memiliki kios di Pelabuhan Tengkayu I menemui petugas untuk menyatakan aspirasinya. Dari hasil pertemuan tersebut, Norhaida dan rekannya diberi kesempatan untuk menjajakan jualannya di sebelah kiri kawasan dermaga Pelabuhan Tengkayu I. “Sebenarnya tidak boleh, tapi karena susah pendapatan, jadi apa boleh buat,” katanya.

Baca Juga :  Ganja 200 Gram Didapat Tanpa Pelaku

Selama berjualan di dermaga pelabuhan, Norhaida tak pernah mendapat perlakuan tak enak dari Pemerintah Kota Tarakan. Setiap harinya, keuntungan yang diperoleh Norhaida beragam, namun rata-rata mencapai Rp 500 sampai 700 ribu per hari. “Itu sudah untung bersih. Paling banyak laku itu minuman mineral, saya jual Rp 5 ribu per botol,” jelasnya.

Disinggung soal rencana pemerintah untuk menjadikan Pelabuhan Tengkayu I mirip dengan layanan Bandara Juwata yang lebih tertata dan memiliki kawasan perbelanjaan khusus, Norhaidah mengatakan bahwa pihaknya mendukung hal tersebut. Asalkan para pemilik kios di kawasan Pelabuhan Tengkayu I juga dilibatkan dalam pembangunan usaha tersebut.

Ince (32) mengatakan bahwa dirinya baru menjual di kawasan dermaga Pelabuhan Tengkayu I sejak 2 tahun lalu. Pernah ditertibkan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), namun dirinya tetap bersikukuh untuk menjual di kawasan pelabuhan karena tuntutan ekonomi keluarga.

Baca Juga :  Kenyang Dicaci Maki Peserta, Adapula yang Berterima Kasih

“Pernah ditertibkan. Kapok sih, tapi namanya juga cari makan,” bebernya.

Akan tetapi, keuntungan yang didapatkan Ince tak begitu banyak seperti Norhaida. Setiap harinya Ince hanya berhasil meraup keuntungan yang mencapai Rp 200 ribu. Melalui rencana pemerintah untuk membangun toko perbelanjaan di kawasan Pelabuhan Tengkayu I pun didukung Ince, karena dianggap bisa menaungi pedagang kaki lima di kawasan pelabuhan tersebut. “Saya dukung, asalkan kami juga diberi kesempatan menjual di sini, karena hanya ini mata pencaharian kami,” bebernya. (*/shy/lim)

 

Most Read

Artikel Terbaru