
TARAKAN – Sebagai pulau yang memiliki sumber daya minyak melimpah, Kota Tarakan sejak dulu menjadi rebutan para penjajah dalam memenuhi logistik perang. Sehingga besarnya kepentingan untuk menduduki Pulau Tarakan di masa lampau, memicu berbagai pertempuran besar, misalnya antara Blok Sekutu yakni Belanda dengan Jepang. Sengit dan seringnya pertempuran terjadi di Tarakan, sehingga Tarakan mendapat julukan Pearl Harbour Indonesia. Tidak mengherankan saat ini Kota Tarakan memiliki banyak warisan sejarah Perang Dunia II.
Melihat kondisi tersebut, membuat sejumlah pemerhati terpanggil untuk menggali lebih dalam terkait pertempuran di Tarakan. Sehingga sejak beberapa tahun lalu beberapa kelompok pemerhati sejarah, mulai melakukan perburuan arsip dan relasi guna mencari fakta-fakta terbaru terkait peperangan di Tarakan.
Salah satunya ialah komunitas Di Bawah Satu Bendera yang sukses menemukan beberapa situs penting pertahanan dari hasil mengulik sejarah Tarakan melalui arsip militer negara yang terlibat. Dalam 2 tahun terakhir, kelompok pemerhati ini menemukan 3 situs penting. Salah satunya ialah lubang pertahanan Jepang di kawasan Gunung Selatan atau yang dinamakan Fukukaku.

Koordinator Di Bawah Satu Bendera, Che Ageng menerangkan, bahwa pihaknya berhasil memecahkan titik koordinat dalam arsip Perang Dunia II milik militer Australia. Di mana dari arsip itu menunjukkan adanya aset pertahanan di sekitar perbukitan Gunung Selatan. Setelah menganalisis koordinat akhirnya kelompok ini mulai melakukan pencarian dan akhirnya menemukan situs pertahanan yang dimaksud.
“Ini bagian dari napak tilas sejarah, di mana dari literasi yang kami baca milik arsip militer Australia pada perang Dunia II, bahwa kawasan Gunung Selatan ini menjadi sasaran bombardir Sekutu mulai dari akhir Mei sampai pertengahan Juni pada tahun 1945. Jadi, lubang pertahanan ini baru kami temukan 1 bulan lalu,” ujarnya, Minggu (11/6).
“Ini berawal dari ketertarikan kami terhadap sejarah Kota Tarakan yang belum ditemukan. Sehingga 2 tahun lalu kami mencoba mencari informasi arsip-arsip Perang Dunia II. Kemudian kami menemukan situs arsip militer Australia, Belanda, Jepang pada laman khusus yang memang tidak dapat dibuka secara umum. Setelah menemukan kami mulai menjadi informasi satu persatu tentang sejarah Tarakan. Setelah melalui proses panjang kami akhirnya bisa mencocokkan titik koordinator aset yang ada dengan metode pendekatan,” sambungnya.
Dikatakan, dalam memecahkan koordinat lokasi sebuah situs tidaklah mudah. Proses kajian pengolahan data pada peta memerlukan waktu. Kendati demikian, bagi kelompok pecinta sejarah di Tarakan hal ini merupakan tantangan.
“Akhirnya dalam 2 tahun terakhir kami menemukan 3 situs yang mana berasal dari informasi arsip ini. Ketiga itu 1 di Gunung Selatan (Defrida) dan 2 situs di hutan perbatasan Gunung Selatan dan Kampung Satu (Fukukaku). Ketiganya adalah basis pertahanan di Fukukaku ada pertahanan artileri mortir dan senapan. Sementara di Defrida ini pertahanan senapan,” tuturnya.
“Memang memerlukan pemahaman khusus untuk membaca peta arsip militer. Karena bentuk peta yang disajikan berbeda dengan peta pada umumnya. Sehingga kami memerlukan waktu untuk menggali lebih banyak informasi dalam memecahkan keterangan dari peta tersebut. Alhamdulillah dengan usaha, satu per satu situs kami temukan. Yang paling penting masih banyak situs lainnya yang dijelaskan dalam arsip yang belum kami cari,” lanjutnya.
Adapun lubang pertahanan ditemukan berjumlah 4 yang masing-masing lubang diisi 1 prajurit. Di lubang tersebut juga ditemukan beberapa mortir, peluru dan tempat makanan prajurit Jepang. Rencananya, benda-benda tersebut akan ditempatkan di museum alam Gunung Selatan yang baru akan dibangun.
“Di sini ada 4 lubang, dan 1 lubang diisi satu prajurit. Sebelumnya kami merilis temuan kami di Perpustakaan Daerah, seperti peluru, mortir dan nesting tentara Nippon Jepang. Semua benda itu kami temukan di lubang pertahanan ini. Dari informasi arsip militer Australia, kawasan ini menjadi salah satu target serangan udara Sekutu untuk melumpuhkan kekuatan tentara Nippon (Jepang),” ungkapnya.
“Dengan adanya temuan ini, kami berharap agar pemerintah bersama masyarakat dapat menjaga situs ini. Selain kami berharap situs ini dapat direstorasi agar nantinya tetap dapat dilihat anak cucu kita. Ini merupakan warisan sejarah Perang Dunia di Tarakan, semoga kami dapat lebih banyak menggali situs perang Dunia Kedua yang belum ditemukan,” pungkasnya. (zac/lim)