30.7 C
Tarakan
Friday, March 24, 2023

Inovasi Dominasi Dunia Milenial

TARAKAN – Kehadiran transportasi online di Bumi Paguntaka masih menjadi polemik di masyarakat. Sebab jika transportasi konvensional tidak melakukan inovasi maka, bukan tidak mungkin mereka akan ditinggalkan oleh perkembangan teknologi saat ini.

Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Republik Indonesia, Saidah Sakwan mengungkapkan, kehadiran transportasi konvensional menjadi bagian dalam disruptive innovation, yakni sebuah inovasi yang akan menerobos kemapanan.

“Jadi sudah biasa kalau transportasi konvensional saat  ini merasakan terganggu dengan adanya pendatang baru ini,” jelas Saidah.

Kendati demikian, menurut Saidah hal ini wajar terjadi. Sebab ini akan menjadi sebuah tantangan bagi transportasi konvensional. Nantinya siapa yang akan berinovasi maka, dialah yang akan memenangkan persaingan di modern.

“Bayangkan sekarang Uber, kurang apa inovasinya? cek out dari pasar kenapa karena memang stagnan di situ (pasar). Berbeda dengan Gojek yang kemudian melakukan inovasi dalam sistem pembayaran melalui bimtek, lifestyle. Ini sudah membuktikan bahwa inovator akan menjadi winner,” katanya.

Baca Juga :  Masalah Perubahan Tarif Listrik Belum Selesai

“Nah, orang yang kalah pasti akan kalah dari pasar dan itu yang sedang dilakukan Uber,” tambahnya.

Selanjutnya, ia menginginkan agar transportasi konvensional dapat melakukan konsolidasi dan revitalisasi terhadap bisnis transportasi. Sebab, mau tidak mau taksi konvensional harus masuk dalam dunia digital disruptive innovation. Pasalnya, jika bersikeras, maka taksi konvensional akan terancam punah.

“Kalau tidak mengikuti itu, dia (transportasi konvensional) akan terlindas dan chek out dari pasar, karena orang yang tidak berinovasi akan gulung tikar,” ucapnya.

Saidah menuturkan, seharusnya taksi konvensional harus memahami situasi area digital saat ini, sebab bukan digital yang harus ditarik ke konvensional, namun konvensionallah yang harus melakukan revormasi ke digital.

Baca Juga :  Oknum ‘Bergerilya’ Manfaatkan Korban Laka

“Harusnya langsung di-review dan diadaptasi. Ini malah yang seharusnya transportasi online disuruh mengikuti regulasi konvensional. Ya nggak ketemu. Inilah yang disebut kegagapan regulator dalam era digital,” tutupnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Persatuan Taksi Argo Kota Tarakan, Oktoivianus menyatakan bahwa jika melihat wilayah Kota Tarakan yang kecil ini, menurutnya tidak perlu untuk menggunakan Grab. Sebab penggunaan alat transportasi umum di Tarakan tinggal sedikit, sebab itu, pihaknya hanya mengharapkan masyarakat yang berasal dari luar.

“Jadi cuma orang transit saja yang jadi penumpang kami. Kalau ada grab di Tarakan dengan tarif seperti itu, kami kasihan,” bebernya.

Kendati demikian, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut Oktovianur berharap agar dapat diselesaikan bersama, sehingga permasalahan tersebut dapat memiliki titik penyelesaian yang baik dan dapat diterima pihaknya bersama dengan masyarakat. (*/shy/nri)

TARAKAN – Kehadiran transportasi online di Bumi Paguntaka masih menjadi polemik di masyarakat. Sebab jika transportasi konvensional tidak melakukan inovasi maka, bukan tidak mungkin mereka akan ditinggalkan oleh perkembangan teknologi saat ini.

Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Republik Indonesia, Saidah Sakwan mengungkapkan, kehadiran transportasi konvensional menjadi bagian dalam disruptive innovation, yakni sebuah inovasi yang akan menerobos kemapanan.

“Jadi sudah biasa kalau transportasi konvensional saat  ini merasakan terganggu dengan adanya pendatang baru ini,” jelas Saidah.

Kendati demikian, menurut Saidah hal ini wajar terjadi. Sebab ini akan menjadi sebuah tantangan bagi transportasi konvensional. Nantinya siapa yang akan berinovasi maka, dialah yang akan memenangkan persaingan di modern.

“Bayangkan sekarang Uber, kurang apa inovasinya? cek out dari pasar kenapa karena memang stagnan di situ (pasar). Berbeda dengan Gojek yang kemudian melakukan inovasi dalam sistem pembayaran melalui bimtek, lifestyle. Ini sudah membuktikan bahwa inovator akan menjadi winner,” katanya.

Baca Juga :  Masalah Perubahan Tarif Listrik Belum Selesai

“Nah, orang yang kalah pasti akan kalah dari pasar dan itu yang sedang dilakukan Uber,” tambahnya.

Selanjutnya, ia menginginkan agar transportasi konvensional dapat melakukan konsolidasi dan revitalisasi terhadap bisnis transportasi. Sebab, mau tidak mau taksi konvensional harus masuk dalam dunia digital disruptive innovation. Pasalnya, jika bersikeras, maka taksi konvensional akan terancam punah.

“Kalau tidak mengikuti itu, dia (transportasi konvensional) akan terlindas dan chek out dari pasar, karena orang yang tidak berinovasi akan gulung tikar,” ucapnya.

Saidah menuturkan, seharusnya taksi konvensional harus memahami situasi area digital saat ini, sebab bukan digital yang harus ditarik ke konvensional, namun konvensionallah yang harus melakukan revormasi ke digital.

Baca Juga :  Belanja Gratis ke STB, Ikuti Undian Langganan!

“Harusnya langsung di-review dan diadaptasi. Ini malah yang seharusnya transportasi online disuruh mengikuti regulasi konvensional. Ya nggak ketemu. Inilah yang disebut kegagapan regulator dalam era digital,” tutupnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Persatuan Taksi Argo Kota Tarakan, Oktoivianus menyatakan bahwa jika melihat wilayah Kota Tarakan yang kecil ini, menurutnya tidak perlu untuk menggunakan Grab. Sebab penggunaan alat transportasi umum di Tarakan tinggal sedikit, sebab itu, pihaknya hanya mengharapkan masyarakat yang berasal dari luar.

“Jadi cuma orang transit saja yang jadi penumpang kami. Kalau ada grab di Tarakan dengan tarif seperti itu, kami kasihan,” bebernya.

Kendati demikian, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut Oktovianur berharap agar dapat diselesaikan bersama, sehingga permasalahan tersebut dapat memiliki titik penyelesaian yang baik dan dapat diterima pihaknya bersama dengan masyarakat. (*/shy/nri)

Most Read

Artikel Terbaru