SEBAGIAN besar orang tua merasa khawatir jika anaknya harus kembali bersekolah dalam waktu dekat ini. Nur Suaimin, warga Karang Anyar, Tarakan Barat mengatakan bahwa Jika sekolah kembali dibuka, maka akan ada interaksi tatap muka secara langsung. Bahkan kemungkinan besar akan terjadi perkumpulan. Menurutnya, hal ini harus diatasi serta ditimbang matang.
“Walaupun sudah menerapkan protokol kesehatan, namanya anak sekolah pastinya akan lebih suka berinteraksi dengan teman lain. Kalau untuk anak SMA dan SMP mungkin saja bisa diatur. Kalau untuk anak SD, saya rasa sangat sulit untuk diatur, jadinya kita pun sebagai orang tua, pasrtinya akan merasa takut jika sekolah dibuka dalam waktu dekat,” ujarnya.
Ridho, warga Lingkas Ujung, Tarakan Timur menilai dengan dibukanya sekolah di tengah pandemi seperti ini, membuat siswa rentan terpapar. Kendati protokol kesehatan diberlakukan, tidak ada yang menjamin bahwa tidak ada penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah nantinya.
“Memang saat ini sistem belajar dengan daring cukup merepotkan siswa, apalagi kalau tidak memiliki paket data, jadi hal ini cukup merepotkan juga buat orang tua. Tapi di sisi lain, jika proses belajar dilakukan di sekolah, hal ini justru lebih membuat kami sebagai orang tua merasa tidak nyaman. Tetapi hal ini tergantung dari pemerintah. Yang penting pada saat sekolah nantinya ada jaminan kesehatan untuk seluruh siswa yang masuk kesekolah,” tutupnya.
PERLU PERSIAPAN MATANG
Pengamat pendidikan Muhammad Yunus Abbas mengatakan, perlu persiapan matang. Penerapan new normal dibutuhkan kedisiplinan yang tinggi.
“Memperhatikan kondisi yang ada pemerintah perlu mempertimbangan berbagai aspek dan mengkoordinasikan dengan baik kepada semua stakeholder(pemangku kepentingan),” tuturnya.
Dalam kondisi pandemi target kurikulum bisa saja dikesampingkan. Di sisi lain, kesehatan dan keselamatan hidup anak dan seluruh pihak yang terlibat di sekolah wajib diutamakan.
“Pemerintah jangan hanya melihat faktor pendidikan saja, tapi dilihat juga dari aspek penanganan Covid-19 juga. Perlu mencari alternatif kebijakan di era new normal ini agar kebijakan dapat mengurangi risiko,” ucapnya.
Pelajar, kata dia, berpotensi menjadi menjadi carrieratau pembawa Covid-19. Jika benar terjadi, maka ini akan menyulitkan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Meskipun ketika sekolah kembali dibuka, saya tidak yakin penerapan protokol kesehatan bisa dijalankan maksimal, seperti menjaga jarak dan penggunaan masker,” ungkapnya.
Menyoal sistem daring yang dijalankan saat ini dalam proses belajar mengajar meninggalkan beberapa catatan. “Memang sistem daring saat ini menjadi salah satu pilihan dalam memberikan pelajaran kepada para pelajar, namun perlu dilakukan evaluasi lagi agar lebih baik kedepannya. Agar ke depan kita bisa lebih sigap,” ujarnya,
Pada intinya,diharapkan pemerintah menimbang matang sebelum kembali membuka sekolah.“Perlu ada koordinasi lintas berbagai elemen sebelum membuka kembali sekolah dan harus ada pertimbangan khusus dan kajian lagi sebelum menerapkan hal itu,” ujarnya.
WALI KOTA: KAMI MASIH PENGAMATAN
Kepada Radar Tarakan, Wali Kota Tarakan, dr. Khairul, M.Kes, mengatakan bahwa 13 Juli 2020 merupakan tahun ajaran baru sehingga pihaknya masih mengacu pada kalender pendidikan. Sehingga masih ada waktu sebulan untuk melakukan pengamatan, apakah sekolah dapat dibuka sesuai jadwal tersebut.
Dalam pertimbangan pemerintah, difungsikannya kembali gedung sekolah menjadi opsi terakhir. Pemkot, kata dia, juga khawatir akan sulitnya bagi anak-anak untuk menjalankan arahan protokol kesehatan.
“Yang ditakutkan adalah anak-anak SD dan SMP. Kalau anak SMA dan perguruan tinggi kemungkinan besar sudah memahami pentingnya mengikuti anjuran protokol kesehatan. Tapi kalau untuk anak SD dan SMP bagaimana?” tuturnya.
Sebab itu, pemerintah akan melakukan pengamatan selama sebulan ini dengan melibatkan Dinkes Tarakan untuk melakukan random sampling terhadap klaster-klaster yang dianggap berisiko tinggi.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Tarakan, Drs. Tajuddin Tuwo mengatakan bahwa dalam penggunaan kembali gedung sekolah, pihaknya masih mengacu pada petunjuk teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
“Kemendikbud juga menunggu arahan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Sehingga dua menteri ini akan saling terkait dalam rencana masuknya siswa,” bebernya.
Hanya, saat ini Pemkot sudah menyiapkan draf sebagai bentuk antisipasi pihaknya jika pada 13 Juli 2020 Kemendikbud membuka kembali gedung sekolah.
“Yang jelas sampai sekarang belum ada rencana-rencana seperti apa untuk membuka kembali aktivitas siswa di sekolah. Draf kami ada, nanti disampaikan kepada Wali Kota untuk dicocokkan juknis dari Kemendikbud,” jelasnya.
Dalam hal ini, Tajuddin menegaskan bahwa segala kebijakan dan aturan bagi siswa oleh Kemendikbud bersinergi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
“Kami hanya mengacu pada pusat. Tapi kalau mudah-mudahan aturan yang dikeluarkan daerah nanti tidak bertentangan dengan petunjuk Kemendikbud,” harapnya. (agg/jnr/shy/lim)