27.4 C
Tarakan
Saturday, December 2, 2023

Material Tiang Pancang Bermasah

TANJUNG SELOR – Tiang pancang yang mangkrak sejak 2012 lalu yang terletak di halaman Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tanjung Selor, yang rencananya akan dijadikan tambahan material pembangunan. Ternyata, usut punya usut sebagian besar mengalami permasalahan hingga tak dapat lagi digunakan.

Pasalnya, tidak adanya ujung sambungan dari tiang pancang itu sendiri yang berfungsi sebagai pengikatnya. Alhasil, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pun mau tak mau harus menganggarkan kembali pembelian tiang pancang tersebut.

Sekretaris Disdikbud Kaltara, Teguh membenarkannya, meski tak disebutkan secara detail tentang berapa jumlah dari tiang pancang yang dulunya mangkrak itu tak dapat digunakan lagi. Namun, dari ratusan tiang pancang itu dibenarkannya ada yang bermasalah saat dilakukan pemancangan.

“Sambungannya itu tidak ada. Jadi, tidak bisa dilas saat akan dilakukan pemasangan tiang pancanganya di lokasi,’’ ungkapnya kepada Radar Kaltara.

Lanjutnya, mengantisipasi kurangnya tiang pancang dalam pembangunan gedung sekolah agar lebih representatif. Maka, pihaknya mengakui harus kembali membeli material yang sama itu ke Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim).

“Tapi, untuk progres pengerjaan terus berlanjut di lapangan. Hanya, memang ada pembelian kembali pada tiang pancang yang tak dapat digunakan tersebut,” ujarnya.

Dan, lanjutnya, material itu pun untuk saat ini diklaim seluruhnya sudah ada dan mencukupi. Artinya, tinggal terus melajutkan progres pengerjaan saja agar dapat terlesesaikan tepat pada tanggal habis kontrak kerjanya.

“Saya yakin, nanti pengerjaan dapat lebih cepat selesai. Ya, karena material yang sebelumnya tidak ada, sudah lengkap,” katanya.

Bahkan, pihaknya optmistis di Desember nanti pembangunan gedung sekolah yang menelan anggaran Rp 16 miliar dapat terselesaikan. Mengingat, sampai saat ini di lapangan terus dilakukan pengerjaan. “Kita memang fokus pada pembangunan di sekolah itu dulu. Dan selanjutnya, merambah pada sekolah lainnya yang memang belum dikatakan representatif,” tuturnya.

Baca Juga :  Sel Terorisme Terdeteksi di Tiga Daerah

Sementara, sebelumnya mengenai pembangunan gedung di SMA Negeri 1 Tanjung Selor itu lantaran dianggap kurang representatif dan cukup tuanya umur sekolah itu. Alhasil, dalam proses rehap sendiri pemerintah menggelontorkan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) lebih dari Rp 16 miliar di tahun ini. Tujuannya, yaitu agar sekolah tersebut ke depannya benar-benar representatif. Mengingat, posisinya tepat berada di pusat ibu kota Provinsi Kaltara.

Kepala Bidang (Kabid) SMA, Hasanuddin mengatakan, terkait desain sekolah itu pun nantinya cukup banyak mengalami perubahan. Semula hanya satu lantai. Maka, ke depannya menjadi tiga lantai. “Ya, perubahan ini sangat wajar. Karena memang posisi sekolah ini berada di Ibu Kota Kaltara. Di samping, upaya dalam menyamai sekolah lainnya. Misal, salah satunya yang ada di Kota Tarakan,” ungkapnya.

Lanjutnya, mengenai progres pengerjaaannya sendiri. Hasan sapaan akrabnya menyebutkan bahwa nantinya selama 180 hari kalender. Atau tepatnya, pada 26 Desember 2019 ini sudah selesai. Kmudian, dilanjutkan dengan masa pemeliharaan sembari mengevaluasi pelaksanaannya. Sehingga siswa yang ada harapannya dapat segera menempati gadung yang terbilang cukup megah itu.

“Kontraknya itu parsial. Artinya, dalam kurun waktu setahun sudah wajib diselesaikan pembangunannya. Yang kemudian, dilanjutkan dengan masa pemeliharaan,” ujarnya melalui telepon pribadinya.

Adapun, dikatakannya juga, untuk saat ini diketahui sudah pada tahap pemasangan pancang. Ini setelah sebelumnya usai melakukan uji pancang, uji besi dan tahapan lainnya. “Pancang-pancangnya itu sendiri yang sebelumnya sebagian memang ada di sekolah itu. Tapi, semua tetap dilakukan uji kelaikan sehingga benar-benar kokoh nanti bangunannya,” katanya.

Baca Juga :  Saksi Ada yang Kurang Kooperatif

Ditanya mengenai nasib siswa yang ada selama proses rehap gedung, Hasan menuturkan bahwa seluruh siswa tetap dalam kesehariannya mengikuti proses belajar mengajar. Di mana dengan menggunakan bangunan atau gedung lain yang sebelumnya digunakan untuk sarana olahraga dan lainnya.

“Gedung yang dibongkar itu sebagian ada ruang kelas dan guru. Jadi, sementara mereka pindah ke belakang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing. Tidak masalah untuk semuanya. Dan tak mungkin juga menumpang ke sekolah lainnya lantaran keterbatasan ruang juga di sekolah lain,” ucapnya.

Sedangkan, terkait sejarah dari tiang pancang yang mangkrak itu, dari keterangan Yunus Luat selaku Sekretaris Disdikbud bahwa itu pengadaan pada tahun 2012 lalu. Yakni bertujuan untuk merevitalisasi sekolah di Jalan Kolonel Soetajdi tersebut.

Sehingga upaya yang dilakukan waktu itu, pengadaan pancang sebanyak 382 tiang dengan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Bulungan sebesar Rp 4,8 miliar. Tak sampai di situ, pada tahun 2013 kembali dianggarkan lagi sebanyak 188 tiang dengan anggaran Rp 1,8 miliar.

Namun, rencana pembangunan gedung itu gagal dikarenakan APBD Bulungan dinilai tidak sanggup membiayai akibat anggaran mengalami penurunan. Akibatnya sebanyak 570 tiang terbengkalai begitu saja.
“Masalahnya, di penganggaran yang anjlok. Makanya sampai SMA sederajat dialihkan ke provinsi belum tercapai,” ujarnya.

Menurut mantan Camat Tanjung Palas Barat ini, revitalisasi gedung SMA itu awalnya direncanakan bakal menggunakan anggaran yang fantastis mencapai Rp 100 miliar dan memiliki 4 lantai. “Dengan kondisi anggaran yang berubah secara tiba-tiba maka pembangunan terkendala,” terangnya. (omg/eza)

TANJUNG SELOR – Tiang pancang yang mangkrak sejak 2012 lalu yang terletak di halaman Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tanjung Selor, yang rencananya akan dijadikan tambahan material pembangunan. Ternyata, usut punya usut sebagian besar mengalami permasalahan hingga tak dapat lagi digunakan.

Pasalnya, tidak adanya ujung sambungan dari tiang pancang itu sendiri yang berfungsi sebagai pengikatnya. Alhasil, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pun mau tak mau harus menganggarkan kembali pembelian tiang pancang tersebut.

Sekretaris Disdikbud Kaltara, Teguh membenarkannya, meski tak disebutkan secara detail tentang berapa jumlah dari tiang pancang yang dulunya mangkrak itu tak dapat digunakan lagi. Namun, dari ratusan tiang pancang itu dibenarkannya ada yang bermasalah saat dilakukan pemancangan.

“Sambungannya itu tidak ada. Jadi, tidak bisa dilas saat akan dilakukan pemasangan tiang pancanganya di lokasi,’’ ungkapnya kepada Radar Kaltara.

Lanjutnya, mengantisipasi kurangnya tiang pancang dalam pembangunan gedung sekolah agar lebih representatif. Maka, pihaknya mengakui harus kembali membeli material yang sama itu ke Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim).

“Tapi, untuk progres pengerjaan terus berlanjut di lapangan. Hanya, memang ada pembelian kembali pada tiang pancang yang tak dapat digunakan tersebut,” ujarnya.

Dan, lanjutnya, material itu pun untuk saat ini diklaim seluruhnya sudah ada dan mencukupi. Artinya, tinggal terus melajutkan progres pengerjaan saja agar dapat terlesesaikan tepat pada tanggal habis kontrak kerjanya.

“Saya yakin, nanti pengerjaan dapat lebih cepat selesai. Ya, karena material yang sebelumnya tidak ada, sudah lengkap,” katanya.

Bahkan, pihaknya optmistis di Desember nanti pembangunan gedung sekolah yang menelan anggaran Rp 16 miliar dapat terselesaikan. Mengingat, sampai saat ini di lapangan terus dilakukan pengerjaan. “Kita memang fokus pada pembangunan di sekolah itu dulu. Dan selanjutnya, merambah pada sekolah lainnya yang memang belum dikatakan representatif,” tuturnya.

Baca Juga :  YANG MINAT MERAPAT..!! Seleksi Jabatan Sekprov Sepi Pendaftar

Sementara, sebelumnya mengenai pembangunan gedung di SMA Negeri 1 Tanjung Selor itu lantaran dianggap kurang representatif dan cukup tuanya umur sekolah itu. Alhasil, dalam proses rehap sendiri pemerintah menggelontorkan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) lebih dari Rp 16 miliar di tahun ini. Tujuannya, yaitu agar sekolah tersebut ke depannya benar-benar representatif. Mengingat, posisinya tepat berada di pusat ibu kota Provinsi Kaltara.

Kepala Bidang (Kabid) SMA, Hasanuddin mengatakan, terkait desain sekolah itu pun nantinya cukup banyak mengalami perubahan. Semula hanya satu lantai. Maka, ke depannya menjadi tiga lantai. “Ya, perubahan ini sangat wajar. Karena memang posisi sekolah ini berada di Ibu Kota Kaltara. Di samping, upaya dalam menyamai sekolah lainnya. Misal, salah satunya yang ada di Kota Tarakan,” ungkapnya.

Lanjutnya, mengenai progres pengerjaaannya sendiri. Hasan sapaan akrabnya menyebutkan bahwa nantinya selama 180 hari kalender. Atau tepatnya, pada 26 Desember 2019 ini sudah selesai. Kmudian, dilanjutkan dengan masa pemeliharaan sembari mengevaluasi pelaksanaannya. Sehingga siswa yang ada harapannya dapat segera menempati gadung yang terbilang cukup megah itu.

“Kontraknya itu parsial. Artinya, dalam kurun waktu setahun sudah wajib diselesaikan pembangunannya. Yang kemudian, dilanjutkan dengan masa pemeliharaan,” ujarnya melalui telepon pribadinya.

Adapun, dikatakannya juga, untuk saat ini diketahui sudah pada tahap pemasangan pancang. Ini setelah sebelumnya usai melakukan uji pancang, uji besi dan tahapan lainnya. “Pancang-pancangnya itu sendiri yang sebelumnya sebagian memang ada di sekolah itu. Tapi, semua tetap dilakukan uji kelaikan sehingga benar-benar kokoh nanti bangunannya,” katanya.

Baca Juga :  Saksi Ada yang Kurang Kooperatif

Ditanya mengenai nasib siswa yang ada selama proses rehap gedung, Hasan menuturkan bahwa seluruh siswa tetap dalam kesehariannya mengikuti proses belajar mengajar. Di mana dengan menggunakan bangunan atau gedung lain yang sebelumnya digunakan untuk sarana olahraga dan lainnya.

“Gedung yang dibongkar itu sebagian ada ruang kelas dan guru. Jadi, sementara mereka pindah ke belakang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing. Tidak masalah untuk semuanya. Dan tak mungkin juga menumpang ke sekolah lainnya lantaran keterbatasan ruang juga di sekolah lain,” ucapnya.

Sedangkan, terkait sejarah dari tiang pancang yang mangkrak itu, dari keterangan Yunus Luat selaku Sekretaris Disdikbud bahwa itu pengadaan pada tahun 2012 lalu. Yakni bertujuan untuk merevitalisasi sekolah di Jalan Kolonel Soetajdi tersebut.

Sehingga upaya yang dilakukan waktu itu, pengadaan pancang sebanyak 382 tiang dengan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Bulungan sebesar Rp 4,8 miliar. Tak sampai di situ, pada tahun 2013 kembali dianggarkan lagi sebanyak 188 tiang dengan anggaran Rp 1,8 miliar.

Namun, rencana pembangunan gedung itu gagal dikarenakan APBD Bulungan dinilai tidak sanggup membiayai akibat anggaran mengalami penurunan. Akibatnya sebanyak 570 tiang terbengkalai begitu saja.
“Masalahnya, di penganggaran yang anjlok. Makanya sampai SMA sederajat dialihkan ke provinsi belum tercapai,” ujarnya.

Menurut mantan Camat Tanjung Palas Barat ini, revitalisasi gedung SMA itu awalnya direncanakan bakal menggunakan anggaran yang fantastis mencapai Rp 100 miliar dan memiliki 4 lantai. “Dengan kondisi anggaran yang berubah secara tiba-tiba maka pembangunan terkendala,” terangnya. (omg/eza)

Terpopuler

Artikel Terbaru