TARAKAN – Adanya peristiwa kecelakaan kerja yang menimpa salah satu sopir truk Ronny Lengkey saat kedatangan Presiden Joko Widodo memulai pembangunan PLTA Mentarang Induk di Malinau, ditanggapi Owner Indies Production, Hilman Affandi.
Menurut Hilman, Wawardi merupakan tim tenda yang bekerja sama dengan Indies Production. Namun saat menjalankan pekerjaan, diketahui penanggung jawab tenda yakni Wawardi tidak membawa tukang ahli yang khusus melakukan pekerjaan bongkar-pasang tenda. Hingga akhirnya muncul insiden, Ronny pun menjadi korban.
“Jadi kebetulan saya selaku Indies Production jadi sebenarnya si Adi (Wawardi) ini sejak awal dia tidak membawa tim pemasang tendanya ke sana, otomatis yang dia suruh (bongkar-pasang) sopir-sopir, tenda itu bukan tenda biasa seperti tenda-tenda yang dipasang di hajatan. Itu kan tenda order, artinya yang harus mengerjakan (bongkar-pasang) itu orang profesional,” ujarnya, Jumat (10/3).
“Itu barang dibawa ke lokasi memang tidak ada tukang pasangnya (ahlinya), jadi kami bantu cari tukang pasang (profesional), tapi si Adi tidak cocok negosiasi sama tukang ahli itu. Kami sudah mengingatkan kepada dia untuk memakai. Tukang profesional karena ini risiko kecelakaannya besar kalau dilakukan yang bukan ahlinya,” lanjutnya.
Dikatakan, pihaknya sejak awal khawatir akan muncul insiden jika tak dikerjakan tenaga profesional. Tim tenda pun meyakinkan pihaknya agar menyelesaikan pekerjaan tersebut sesuai harapan. Namun nahas muncul insiden, korban Ronny tertimpa besi yang jatuh hingga menyebabkan saraf pada matanya bermasalah hingga harus dirujuk ke RSUD dr. H. Jusuf SK Tarakan. “Kami sudah mengkhawatirkan pasti ada kecelakaan kalau dilakukan orang yang bukan profesional. Karena tukang ahlinya saja memang tidak safety tidak pakai helm, tidak pakai sarung tangan, sepatu khusus. Itu poin pertama,” tuturnya.
Dikatakan, meski kecelakaan tersebut sepenuhnya tanggung jawab usaha tenda, namun Indies Production telah membantu pengobatan korban sebesar Rp 10 juta sebagai bentuk rasa kemanusiaan. “Kedua, kami sudah bertanggungjawab memberi bantuan totalnya. Terus nilai. Kontrak kami ke dia kan itu juga sudah kami lunasi. Seharusnya kan itu tanggung jawab bosnya, harusnya bosnya menguruskan anak buahnya BPJS Ketenagakerjaan,” terangnya.
“Kami sudah komen di medsos kami jelaskan sendiri (Indies) kalau kami panitianya. Dia komentar begitu mau didengar siapa. Mulai dari pekerjaan saja mereka sudah tidak safety (profesional), dibayar mahal tapi cara kerjanya begitu,” tuturnya.
Dikatakan, bahkan penanggung jawab usaha tenda tidak memperhatikan jaminan kesehatan anak buahnya sehingga hal itu membuat korban tidak dapat dirawat menggunakan jaminan kesehatan.
Baca berita selengkapnya di Koran Radar Tarakan atau berlangganan melalui Aplikasi Radar Tarakan yang bisa di download di :