TANJUNG SELOR – Halijah (68) harus pasrah menahan rasa sakit kelenjar getah bening yang dideritanya saat ini.
Hal itu harus ditanggungnya karena tidak memiliki dana untuk menjalan kemoterafi seperti yang dianjurkan pihak Rumah Sakit dr. H. soemarno Sostroatmodjo Tanjung Selor.
Anak pertama Halijah, Alfian menjelaskan, sesuai petunjuk dokter ibunya harus dirujuk ke rumah sakit di Samarinda untuk menjalani kemoterafi.
“Sekarang sakit ibu saya sudah masuk kategori stadium lanjut, jadi harus menjalani kemo,” kata Alfian kepada Radar Kaltara, Senin (6/6).
Menurut dokter, kata Alfian, ibunya yang saat ini terbaring di ruang Bougenvile RSD dr. Soemarno Sosroatmodjo sudah harus ke Samarinda bulan Mei lalu saat sakitnya masih stadium 2.
“Karena tidak punya dana, anjuran tersebut belum bisa dilaksanakan,” ujarnya.
Informasi dari orang orang yang pernah menjalani kemoterapi di Samarinda membutuhkan dana paling sedikit Rp 30 juta bahkan Rp 60 juta.
“Memang ada BPJS Kesehatan, tapi tidak semua ditanggung BPJS Kesehatan,” ungkapnya.
Sementara ia sebagai anak pertama dari empat bersaudara yang penghasilannya hanya berjualan ikan dan buah musiman selama ini hanya mencukupi kebutuhan sehari hari.
“Takutnya kalau tetap nekad ke Samarinda dengan dana seadanya mamak saya terlantar karena ada biaya-biaya di luar perkiraan,” ujar warga Jl. Semangka ini.
Untuk itu saat ini dirinya masih mengupayakan dana berobat ibunya dengan mengharap bantuan dari pemerintah daerah maupun komunitas sosial.
“Sudah minta bantuan ke Kesra,Baznas dan komunitas dan orang orang yang bergerak hatinya untuk membantu,” katanya.
“Kalau sudah cukup dananya baru saya bawa ibu saya kemo,” sambungnya.
Alfian pun sedih seadanya dana yang diharapkan tidak bisa terpenuhi.
“Kalau ndak ada dana mama saya begini lah nanti sampai meninggal,” ucapnya.(ana)