27.7 C
Tarakan
Saturday, September 23, 2023

Melihat Sepak Terjang si Pengusaha Kerupuk di Ardi Mulyo

Usaha tak pernah menghianati hasil. Ya, istilah itu sangat tepat dijadikan gambaran bagi kehidupan Soni Risqi Firmansyah dan Mariani si pengusaha kerupuk asal Desa Ardi Mulyo. Berkat kerja kerasnya bersama sang istri tercinta saat ini diketahui kehidupannya jauh lebih baik.

RACHMAD RHOMADHANI

BERAWAL dari komitmen suami istri yang tak ingin kembali hidup atau bekerja di atas telunjuk orang lain pasca kembali ke kampung halamannya di Desa Ardi Mulyo, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Risqi dan Mariani kala itu tersirat untuk segera membuka usaha sendiri. Lambat laun keinginan tersebut semakin kuat lantaran kebutuhan kehidupan sehari-hari selalu ada.

Alhasil, dari hasil pembicaraan mereka di tengah perekonomian yang semakin sulit. Sang istri menyarankan untuk segera membuka usaha kerupuk stick. Pasalnya, Mariani beranggapan usaha itu cukup mudah dan bisa dilakukan di rumah sendiri tanpa harus membuat tempat usaha atau warung untuk menjajakannya.

Kemudian, pasca disetujui oleh sang suami tentang usaha tersebut. Kala itu usaha produksi kerupuk stick mulai dijalankan Risqi dan Mariani. Akan tetapi, dalam proses awal usaha mereka tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Mereka harus berjuang untuk mencari modal usahanya.

Sekalipun tak terlampau besar. Namun karena saat itu kondisi keuangan tengan sulit. Sehingga mereka sempat memendam angan menjadi pengusaha kerupuk stick.

Dan beruntung berkat diskusi cukup panjang. Risqi dan Mariani yang itu dianugerahi dua orang anak masih memiliki satu barang berharga. Di mana satu unit laptop milik anaknya yang dibeli saat dulu Risqi bekerja di salah satu perusahaan di Kota Tarakan.

Sehingga, dengan persetujuan dan rayuan dari buah hatinya yang saat ini hendak menginjakan pendidikan menengah atas. Risqi dan sang istri tanpa pikir panjang langsung menggadai laptopnya. Saat itu uang hasil gadai sebesar Rp 1 juta. Namun, karena proses menggadai membutuhkan transportasi laut dan beberapa kebutuhan mendesak lainnya. Uang gadai laptop mereka hanya tersisa Rp 500 ribu.

Baca Juga :  Dua Pedagang Positif Covid-19, Pasar Induk Tak Ditutup

Risqi berfikir keras tentang bagaimana memutar modal Rp 500 ribu untuk dijadikan modal awal usahanya. Kala itu modal tersebut cukup untuk dibelikannya bahan-bahan pembuat kerupuk. Termasuk di dalamnya peralatan seperti wajan dan lainnya. Sehingga usahanya kala itu mulai berjalan.

Seiring perjalanan, usaha kerupuk stick Risqi dan Mariani mulai menjadi buah bibir masyarakat karena rasanya yang nikmat dan renyah. Sehingga, dalam pemasarannya yang sampai saat ini tak hanya di desa atau lingkup Kecamatan Tanjung Palas Utara. Melainkan hingga ke Kecamatan Sekatak dan Tanjung Selor. Saat ini kerupuk stick miliknya mulai menguasai pasar di ibu kota.

Maka tak heran seiring berkembang pesatnya usaha yang dilakukan. Saat ini diektahui mereka sudah mampu untuk merenovasi rumahnya. Bahkan, untuk membeli roda empat sebagai penunjang dalam pendistribusian kerupuk stick mereka.

Diceritakan Risqi, bahwa roda empat yang dimiliknya saat ini sekalipun masih dalam tahap kredit merupakan murni dari usaha kerupuk yang dijalaninya. Menurutnya, usaha kerupuk yang saat ini digelutinya sudah cocok dan akan mendarah daging hingga nanti bersama istrinya.

Alhamdulillah, usaha-usaha seperti ini akhirnya bisa membeli apa-apa yang dulu cuma menjadi angan,” ungkap Risqi saat ditemui awak media Radar Kaltara di kediamannya.

Dikatakannya juga, saat ini omzet yang didapatkannya dari usaha kerupuk bisa mencapai Rp 10 juta per bulan. Namun, jika bersih tanpa cicilan dan lainnya hanya Rp 5 juta. Sebab, dalam sepekan nyaris 8.000 bungkus kerupuk berhasil dijualnya. Dan jumlah itu terkadang bisa lebih jika hari keberuntungan tiba.

“Harga bervariasi, ada yang Rp 1.000 sampai Rp 2.000 per bungkus. Karena ada yang bungkus besar dan kecil,” ujarnya seraya menyebutkan terkadang ada kerupuk jenis lain yang dibuatnya untuk tambahan pundi-pundi rupiah.

Baca Juga :  CJH Segera Divaksin Meningitis

Sejak awal dan sampai kini, untuk menghemat pengeluaran biaya. Risqi rerata dalam menekuni usahanya dilakukannya secara sendiri. Baik, dalam proses pembuatan, membungkus hingga pengantaran. Sebab, menurutnya jika dilakukan sendiri, dirinya bisa tahu tentang kualitas dari kerupuk stick yang diproduksinya. “Tapi, kalau memang permintaan tinggi ada kalanya meminta bantuan orang lain. Cuma sistemnya borongan bukan harian,” katanya.

Ditanya terkait kendala-kendala menjadi pengusaha kerupuk? Risqi menerangkan bahwa secara umum tak ada kendala yang dihadapinya selama ini. Sebab, pekerjaan yang dijalaninya merupakan suatu hobi baginya. Oleh karenanya, dirinya dan sang istri tak pernah merasa jenuh atau bosan dalam menjalani usahanya.

“Hanya, kalau kendala tentang pembuatan kerupuk pasti ada. Apalagi, kalau cuaca hujan atau mendung. Kerupuk stick ini tak bisa kering dan itu jelas menghambat pendistribusiannya,” tuturnya.

“Dan satu lagi, jenis kerupuk ini jika terkena hujan kualitasnya akan jelek karena kerupuk bisa berjamur. Itulah tantangan terbesar bagi kami sebagai pengusaha kerupuk yang saat proses penjemuran harus dipastikan benar-benar aman,” sambungnya.

Risqi berharap, usaha yang dijalankannya ini dapat terus berkembang. Bahkan, dirinya memiliki angan bahwa kerupuk miliknya bisa menjadi oleh-oleh khas di daerah ini. Sebab, kerupuk stick ini pembuatannya bukan tanpa keahlian. Jika seseorang dalam ramuan tak padu, maka bisa saja kerupuk stick akan keras atau alot.

Alhamdulillah kalau dari kami dulu tahu ini merupakan warisan dari keluarga. Jadi, sedikit banyak paham tentang perpaduan, tepung dan bahan lainnya,” ucapnya. (***/eza)

Modal Gadai Laptop, Kini Omzet Capai Rp 10 Juta per Bulan

Usaha tak pernah menghianati hasil. Ya, istilah itu sangat tepat dijadikan gambaran bagi kehidupan Soni Risqi Firmansyah dan Mariani si pengusaha kerupuk asal Desa Ardi Mulyo. Berkat kerja kerasnya bersama sang istri tercinta saat ini diketahui kehidupannya jauh lebih baik.

RACHMAD RHOMADHANI

BERAWAL dari komitmen suami istri yang tak ingin kembali hidup atau bekerja di atas telunjuk orang lain pasca kembali ke kampung halamannya di Desa Ardi Mulyo, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Risqi dan Mariani kala itu tersirat untuk segera membuka usaha sendiri. Lambat laun keinginan tersebut semakin kuat lantaran kebutuhan kehidupan sehari-hari selalu ada.

Alhasil, dari hasil pembicaraan mereka di tengah perekonomian yang semakin sulit. Sang istri menyarankan untuk segera membuka usaha kerupuk stick. Pasalnya, Mariani beranggapan usaha itu cukup mudah dan bisa dilakukan di rumah sendiri tanpa harus membuat tempat usaha atau warung untuk menjajakannya.

Kemudian, pasca disetujui oleh sang suami tentang usaha tersebut. Kala itu usaha produksi kerupuk stick mulai dijalankan Risqi dan Mariani. Akan tetapi, dalam proses awal usaha mereka tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Mereka harus berjuang untuk mencari modal usahanya.

Sekalipun tak terlampau besar. Namun karena saat itu kondisi keuangan tengan sulit. Sehingga mereka sempat memendam angan menjadi pengusaha kerupuk stick.

Dan beruntung berkat diskusi cukup panjang. Risqi dan Mariani yang itu dianugerahi dua orang anak masih memiliki satu barang berharga. Di mana satu unit laptop milik anaknya yang dibeli saat dulu Risqi bekerja di salah satu perusahaan di Kota Tarakan.

Sehingga, dengan persetujuan dan rayuan dari buah hatinya yang saat ini hendak menginjakan pendidikan menengah atas. Risqi dan sang istri tanpa pikir panjang langsung menggadai laptopnya. Saat itu uang hasil gadai sebesar Rp 1 juta. Namun, karena proses menggadai membutuhkan transportasi laut dan beberapa kebutuhan mendesak lainnya. Uang gadai laptop mereka hanya tersisa Rp 500 ribu.

Baca Juga :  Anggaran Desa Persiapan Ditopang Desa Induk

Risqi berfikir keras tentang bagaimana memutar modal Rp 500 ribu untuk dijadikan modal awal usahanya. Kala itu modal tersebut cukup untuk dibelikannya bahan-bahan pembuat kerupuk. Termasuk di dalamnya peralatan seperti wajan dan lainnya. Sehingga usahanya kala itu mulai berjalan.

Seiring perjalanan, usaha kerupuk stick Risqi dan Mariani mulai menjadi buah bibir masyarakat karena rasanya yang nikmat dan renyah. Sehingga, dalam pemasarannya yang sampai saat ini tak hanya di desa atau lingkup Kecamatan Tanjung Palas Utara. Melainkan hingga ke Kecamatan Sekatak dan Tanjung Selor. Saat ini kerupuk stick miliknya mulai menguasai pasar di ibu kota.

Maka tak heran seiring berkembang pesatnya usaha yang dilakukan. Saat ini diektahui mereka sudah mampu untuk merenovasi rumahnya. Bahkan, untuk membeli roda empat sebagai penunjang dalam pendistribusian kerupuk stick mereka.

Diceritakan Risqi, bahwa roda empat yang dimiliknya saat ini sekalipun masih dalam tahap kredit merupakan murni dari usaha kerupuk yang dijalaninya. Menurutnya, usaha kerupuk yang saat ini digelutinya sudah cocok dan akan mendarah daging hingga nanti bersama istrinya.

Alhamdulillah, usaha-usaha seperti ini akhirnya bisa membeli apa-apa yang dulu cuma menjadi angan,” ungkap Risqi saat ditemui awak media Radar Kaltara di kediamannya.

Dikatakannya juga, saat ini omzet yang didapatkannya dari usaha kerupuk bisa mencapai Rp 10 juta per bulan. Namun, jika bersih tanpa cicilan dan lainnya hanya Rp 5 juta. Sebab, dalam sepekan nyaris 8.000 bungkus kerupuk berhasil dijualnya. Dan jumlah itu terkadang bisa lebih jika hari keberuntungan tiba.

“Harga bervariasi, ada yang Rp 1.000 sampai Rp 2.000 per bungkus. Karena ada yang bungkus besar dan kecil,” ujarnya seraya menyebutkan terkadang ada kerupuk jenis lain yang dibuatnya untuk tambahan pundi-pundi rupiah.

Baca Juga :  Dana Swadaya, Perbaiki Jalan Provinsi

Sejak awal dan sampai kini, untuk menghemat pengeluaran biaya. Risqi rerata dalam menekuni usahanya dilakukannya secara sendiri. Baik, dalam proses pembuatan, membungkus hingga pengantaran. Sebab, menurutnya jika dilakukan sendiri, dirinya bisa tahu tentang kualitas dari kerupuk stick yang diproduksinya. “Tapi, kalau memang permintaan tinggi ada kalanya meminta bantuan orang lain. Cuma sistemnya borongan bukan harian,” katanya.

Ditanya terkait kendala-kendala menjadi pengusaha kerupuk? Risqi menerangkan bahwa secara umum tak ada kendala yang dihadapinya selama ini. Sebab, pekerjaan yang dijalaninya merupakan suatu hobi baginya. Oleh karenanya, dirinya dan sang istri tak pernah merasa jenuh atau bosan dalam menjalani usahanya.

“Hanya, kalau kendala tentang pembuatan kerupuk pasti ada. Apalagi, kalau cuaca hujan atau mendung. Kerupuk stick ini tak bisa kering dan itu jelas menghambat pendistribusiannya,” tuturnya.

“Dan satu lagi, jenis kerupuk ini jika terkena hujan kualitasnya akan jelek karena kerupuk bisa berjamur. Itulah tantangan terbesar bagi kami sebagai pengusaha kerupuk yang saat proses penjemuran harus dipastikan benar-benar aman,” sambungnya.

Risqi berharap, usaha yang dijalankannya ini dapat terus berkembang. Bahkan, dirinya memiliki angan bahwa kerupuk miliknya bisa menjadi oleh-oleh khas di daerah ini. Sebab, kerupuk stick ini pembuatannya bukan tanpa keahlian. Jika seseorang dalam ramuan tak padu, maka bisa saja kerupuk stick akan keras atau alot.

Alhamdulillah kalau dari kami dulu tahu ini merupakan warisan dari keluarga. Jadi, sedikit banyak paham tentang perpaduan, tepung dan bahan lainnya,” ucapnya. (***/eza)

Modal Gadai Laptop, Kini Omzet Capai Rp 10 Juta per Bulan

Terpopuler

Artikel Terbaru