NUNUKAN – Sekolah Desa, proper gagasan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Nunukan, Helmi Pudaaslikar, sejatinya bertujuan memberikan pembelajaran berbasis masyarakat terhadap perangkat desa untuk lebih kompeten
“Ya, Sekolah Desa ini,merupakan sebuah model atau pendekatan pembelajaran berbasis masyarakat untuk mewujudkan perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) yang kompeten dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing – masing,” ujar Hemi.
Dengan metode pembelajaran jarak jauh dan tatap muka, Sekolah Desa memiliki target jangka pendek, diterapkan secara digital pada 20 Desa di wilayah pulau Nunukan dan pulau sebatik.
Menurutnya, itu adalah sebuah model dengan pendekatan pembelajaran yang akan dibangun khusus untuk aparatur desa di Kabupaten Nunukan. Pihak DPMD Nunukan, akan memberikan desain belajar yang nantinya akan diberikan modul berupa video, berdasarkan kebutuhan kompetensi di pemerintahan desa.
Modul itu nantinya akan di upload dalam portal yang sudah di buat, yakni Sekolah Desa sehingga para peserta akan bisa mengakses dan akan masuk ke ruang pembelajaran sesuai dengan kompetensi masing-masing perangkat desa.
Sementara kompetensi yang harus dimiliki aparatur perangkat desa itu ada tiga, yang pertama adalah kompetensi manajerial yang harus memiliki integritas, kerjasama dalam tim, komunikasi yang efektif, dengan tujuan pembangunan di desa akan berjalan lancar dan akan membawa kemajuan desa tersebut.
Kedua, kompetensi sosio kultural materinya hanya satu, yakni tentang wawasan kebangsaan. Wawasan kebangsaan, wajib dimiliki setiap perangkat pemerintah desa, karena ada fungsi perekat bangsa yang harus dimiliki. “Jadi jangan sampai sebagai penyelenggaraan pemerintah, justru jadi provokator di desanya, ini yang tidak kita inginkan,” harap Helmi.
Terakhir adalah teknis, seperti apa teknis melaksanakan musyawarah desa, menyusun rab teknik di desa, dan seperti apa dalam penyusunan pertanggungjawaban di desa.
Proyek tersebut, untuk jangka pendeknya akan dibuat klaster peserta, yaitu di wilayah Nunukan ada satu desa dan Pulau Sebatik sebanyak sembilan belas desa, diwajibkan ikut pembelajaran.
Di jangka menengah, akan diperluas di desa-desa kabudaya dan Kryan yang terjangkau internet. Sedangkan yang tidak terjangkau internet tetap akan dilaksanakan pelatihan dengan cara tatap muka.
Helmi menerangkan, dengan pembelajaran menggunakan portal, dapat menyingkat waktu dan tidak menggunakan anggaran yang cukup besar. Karena, jika pembelajaran itu dilakukan dengan cara manual dan tatap muka dalam setahun, dipastikan bisa menghabiskan anggaran Rp 9.230.000.000.
“Ya, untuk bisa keliling mendapatkan pelatihan secara bergiliran, itu bisa memakan waktu 7 hingga 9 tahun, mengingat banyaknya perangkat desa di Kabupaten Nunukan.
Sementara dengan adanya portal sekolah desa, bisa menjawab semuanya, jika dalam sehari bisa diakses, maka pembelajaran hari itu juga akan selesai, jadi kita memberikan kemudahan kepada peserta,” terangnya. (adv/raw/lim)